NGAWI (DutaJatim.com) - Ribuan pelayat mengantarkan jenazah musisi Didi Kempot (53) di TPU Dukuh Jatisari, Majasem, Kecamatan Kendal, Ngawi, Jawa Timur, Selasa 5 April 2020. Kawasan di sekitar area pemakaman umum dipadati warga yang mengikuti prosesi pemakaman musisi berjuluk Godfather of Broken Heart itu. Bahkan, beberapa warga tampak memanjat pohon untuk menyaksikan prosesi pemakaman Didi Kempot.
Sebelum dimakamkan jenazah almarhum disalatkan di rumah duka sebanyak satu kali. Tampak pihak keluarga juga menggelar prosesi brobosan. Jenazah Didi Kempot kemudian dimakamkan di sebelah pusara putrinya, Lintang Ayutyas Prastri. Lintang yang merupakan putri Didi Kempot hasil pernikahan dengan istri pertama diketahui meninggal dunia pada 25 Oktober 1995 di usia yang belum genap satu tahun.
Suasana haru mewarnai prosesi pemakaman pelantun lagu Banyu Langit dan Cidra itu. Sebagian pelayat menitikkan air mata. Bahkan istri mendiang bernama Saputri, sempat pingsan di Tempat Pemakaman Umum tersebut sesaat setelah jenazah suami selesai dimakamkan. Saputri lantas digotong oleh sejumlah petugas untuk keluar dari area pemakaman. TPU tersebut berjarak sekitar 400 meter dari rumah duka.
Selain keluarga, warga setempat, dan fans Didi Kempot dari Sobat Ambyar, tampak pula sejumlah pejabat mengantar kepergian Lord Didi. Salah satunya Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang juga tampak berada di tengah-tengah pelayat. Ganjar Pranowo tiba di lokasi sekitar pukul 14.30 WIB.
Kepala Desa Majasem, Nur Muhammad, di sela-sela proses pemakaman mengatakan Didi baru saja pulang kampung. "Sekitar empat hari lalu," ujarnya.
Nur Muhammadi juga mengungkapkan Didi Kempot memiliki kepedulian yang tinggi terhadap Desa Majasem. "Sering kasih donasi buat Karang Taruna," katanya.
Ketika di rumah, Didi Kempot disebut layaknya warga biasa. Sangat sederhana. "Rendah hati dan akrab dengan masyarakat," ungkapnya.
Paman Didi Kempot, Sukur, mengungkapkan alasan kenapa Didi Kempot dimakamkan di Desa Majasem. Hal itu karena istri Didi Kempot meminta sang suami dimakamkan di Desa Majasem. "Rumah di Desa Majasem adalah rumah jujukan (tujuan), ini kan rumah istrinya," kata Sukur.
Sementara rumah di Kedunggalar milik orangtua Didi Kempot. Didi Kempot memang lahir di Dusun Sidowayah, Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Sukur menjelaskan, di Kedunggalar terdapat makam pelawak Mamiek Prakoso yang merupakan kakak Didi Kempot. "Di Kedunggalar memang ada makam kakaknya, Mamiek, tapi kami minta Didi Kempot dimakamkan di sini," ujar Sukur.
Selain itu, Sukur mengatakan, Didi Kempot juga tak pernah mengaku sakit. Saat pulang ke rumah pun, pelantun lagu Stasiun Balapan itu hanya mengeluh capek. "Makanya kami kaget, tidak tahu kabar meninggalnya," ujar Sukur.
Serangan Jantung
Seperti diberitakan DutaJatim.com sebelumnya, Didi Kempot meninggal dunia Selasa (5/5/2020) pagi sesaat dirawat di RS Kasih Ibu Solo karena serangan jantung. Sebelumnya sempat dikabarkan Didi meninggal dunia karena penyakit asma akut.
Humas RS Kasih Ibu, dr Divan Fernandes, mengatakan Didi Kempot datang ke rumah sakit pukul 7.25 WIB pagi dalam kondisi sudah tak sadarkan diri. Kemudian dokter IGD memberikan pertolongan berupa resusitasi. "Namun ternyata sudah tidak bisa tertolong pukul 07.45 WIB," katanya.
Penyanyi campur sari ini sempat mengalami sesak napas sebelum meninggal dunia. "Karena sesak napas, asma," kata Divan.
Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo, saat menjenguk jenazah Didi Kempot di RS Kasih Ibu, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Selasa (5/5/2020), juga mengatakan, bahwa berdasarkan keterangan dokter, Didi Kempot sakit jantung. "Menurut dokter, Beliau sakit jantung," kata Rudy kepada wartawan di RS Kasih Ibu.
Rudy menjelaskan dirinya merasa sangat kehilangan. Sebab selama ini dia sangat dekat dengan almarhum, khususnya saat mereka sama-sama menjadi orang jalanan. "Saya sangat-sangat kehilangan. Tidak hanya dekat, mulai dari Mbah Ranto dan anak-anaknya, semua akrab. Sama-sama wong (orang) jalanan," kata Rudy.
Selama ini Didi Kempot memang dikenal berasal dari keluarga seniman terkenal di Solo. Ayahnya, almarhum Ranto Edi Gudel adalah seorang komedian kenamaan. Begitu pula saudaranya-saudaranya juga banyak mewarnai dunia seni sesuai bidangnya masing-masing. Misalnya, almarhum Mamiek Prakoso dikenal sebagai pelawak, almarhum Sentot Selino seorang penyanyi, dan Eko Gudel seorang penari.
Rudy mengaku terpukul karena merasa tidak mendapat firasat atau tanda-tanda apa pun bahwa sahabatnya itu akan pergi secepat itu. Bahkan dia mengaku kemarin masih sempat saling menghubungi lewat telepon.
Gus Karim, pengasuh Pondok Pesantren Al Quraniy Azzayadiy, Lawean, yang juga teman akrab almarhum, mengatakan, Didi Kempot sempat mengungkapkan keinginan untuk pergi umrah bersama keluarga. Keinginan terakhir yang belum dilakukan almarhum, adalah ibadah umrah," ujar Gus Karim. Bahkan Didi Kempot juga mengajak Gus Karim untuk pergi umrah bersama-sama. Hal ini sekaligus meluruskan isu yang sempat beredar bahwa Didi non-muslim.
Kabar meninggalnya Didi Kempot tentu mengagetkan publik sekaligus sobat ambyar, fans setianya. Apalagi namanya sedang melambung. Lagu "Pamer Bojo" yang lebih dikenal dengan "Cendol Dawet" menjadi single andalan dari puluhan lagu miliknya yang mampu mewakili perasaan orang-orang.
Terlepas dari itu, penampilannya di atas panggung sepertinya menyimpan magis tersendiri yang selalu dirindukan fansnya. Didi Kempot selalu punya caranya sendiri di atas panggung.
Misalnya Didi Kempot selalu senyum saat berada di atas panggung. Ia pun bisa begitu akrab dengan para penggemarnya. Pose foto yang kerap diberikan Didi Kempot adalah senyum dan melempar jempol ke arah kamera. Hal ini tentu semacam memberi semangat pada penggemarnya dan tanda cintanya pada mereka.
Saat briefing sebelum tampil, Didi Kempot terlihat bersama dengan Rossa dan dia tampak serius sekali. Totalitas penyanyi kelahiran 31 Desember 1966 ini saat manggung tentu menjadi pembelajaran berharga untuk penyanyi lainnya.
Meski lagunya banyak bercerita tentang kesedihan karena cinta, tapi cara membawakan Didi Kempot selalu menyenangkan. Ia pun kerap kali membius sobat ambyar sampai mereka menangis saat menontonnya langsung.
Kisah Sang Lord
Ada cerita soal julukan Godfather of Broken Heart yang disematkan kepada Didi Kempot. Jarkiyo, penggagas komunitas penggemar Didi Kempot, Sobat Ambyar, mengatakan, semua nama dan julukan itu berawal dari lagu-lagu Didi Kempot yang hampir semuanya menceritakan tentang kesedihan dan kisah patah hati.
Menurut dia, yang mencetuskan julukan itu adalah salah satu pengguna Twitter, Agus Magelangan, dengan akunnya @AgusMagelangan. Jarkiyo menceritakan, semua ini berawal dari sebuah video nonton konser Didi Kempot yang dia unggah di akun media sosialnya.
Dengan penuh penghayatan, Jarkiyo bersama beberapa temannya ikut menyanyikan tembang “Cidro” yang tengah dibawakan Didi Kempot, ketika itu di Taman Balekambang, Solo. Jarkiyo lalu menuliskan beberapa sebutan seperti “Surakarta Sad Boy Club”, “Bapak Loro Ati Nasional”, dan “Lord Didi”.
“Saya pun merekam, tidak punya impian akan memviralkan ini, tidak sama sekali. Memang benar-benar natural, pada akhirnya alam yang membantu kita, reaksinya seperti ini,” kata Jarkiyo.
Ia menceritakan, salah satu hal yang membuat videonya melejit adalah karena dibagikan ulang oleh seorang seleb Twit bernama Agus Magelangan dalam thread panjang di Twitter-nya @AgusMagelangan.
"Yang nge-upload teman saya, tapi videonya dari saya, terus disamber Mas Agus. Malam-malam setelah nonton capek, tidur, bangun-bangun notif-ku benar-benar banyak,” ujar Jarkiyo.
Sosok Agus inilah yang menurut Jarkiyo memberi julukan Godfather of Broken Heart bagi Didi Kempot. Didi Kempot pun mengaku tak masalah dengan panggilan itu.
"Buat saya pribadi itu enggak masalah, ya. Mungkin mereka tertarik karena dari tulisan saya, dari lirik-lirik (lagu) tulisan saya yang hampir 90 persen pasti terinspirasi dari (lagu yang) mellow-mellow semacam itu," ujar Didi kala itu.
Menurut Didi, julukan tersebut sebagai bentuk dari apresiasi para penikmat musik kepadanya. "Dengan saya tambah umur, sudah mau 52, sekarang ada anak muda yang turut terlibat dan menyanyikan lagu itu benar-benar tidak sia-sia apa yang saya perjuangkan," kata dia.
Lagu Ojo Mudik
Sebelum meninggal Didi Kempot memasukkan rencana meluncurkan beberapa lagu sebagai salah satu targetnya pada 2020. "Ada tiga lagu baru yang akan saya keluarkan, selain lagu Ambyar. Masih (lagu galau), tapi ada juga lagu soal kebangsaan pesanan Presiden Jokowi," ujar Didi Kempot semasa masih hidup.
"Beliau minta lagu Bhineka Tunggal Ika, kita ini berbangsa dan satu Indonesia kita NKRI, paling tidak seniman ikut menyuarakan. Banyak seniman lain yang udah nulis tentang itu, saya juga akan ikut mencoba," tukas Didi Kempot.
Sebelum meninggal, Didi Kempot baru saja merilis sebuah karya baru. Lagu itu adalah anjuran untuk tidak mudik dengan bahasa Jawa, 'Ojo Mudik'.
Di lagu tersebut, Didi Kempot juga berkolaborasi dengan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Bukan itu saja, ada juga Dandim 0735/Solo, Letkol Inf Wiyata Sempana Aji dan Kapolresta Solo, Kombes Pol Andy Rivai.
Pengambilan video musik tersebut bahkan dilakukan di Joglo Rumah Dinas Loji Gandrung, sepekan lalu. Prosesi rekaman juga dilakukan di lokasi yang sama.
Didi Kempot dinilai memiliki massa yang banyak. Dengan dirilisnya 'Ojo Mudik', setidaknya penggemarnya akan mendengarkan dan diharapkan benar-benar tidak melakukan mudik untuk tahun ini karena pandemi Corona.
Selain anjuran untuk tidak mudik, dalam lirik lagu tersebut juga berisi ajakan mencuci tangan dengan sabun, mengenakan masker dan menjaga jarak. Semua pesan itu dibalut dengan lirik sederhana khas Didi Kempot yang mudah diingat.
Sumbang Rp 7,6 Miliar
Para artis ikut berduka. Duka yang mendalam disampaikan para selebriti termasuk VJ Daniel Mananta. Lewat unggahannya di Instagram, Daniel mengenang The Godfather of Broken Heart ini. Sebelum meninggal, Daniel menyebut Didi Kempot menyumbangkan Rp 7,6 miliar dari hasil penggalangan donasi untuk perangi pandemi COVID-19.
"Turut berduka atas berpulangnya Mas Didi Kempot. Gw bersyukur bisa sempat joget ambyar sama beliau. Gw juga amazed di beberapa tahun terakhir ini nama Didi Kempot jadi sangat naik banget dan sampai sampai diberi julukan "Godfather of Broken heart".. Dan dengan ketenaran beliau di akhir hidupnya, beliau juga sempat galang donasi sampai Rp 7,6 Miliar untuk perangi Covid-19," tulis Daniel.
Masih tentang duka atas kepergian Didi Kempot, Daniel berharap musik campursari akan semakin diterima oleh banyak orang.
Sebelum meninggal dunia, Didi Kempot memang telah dikenal sebagai penyanyi lagu patah hati kenamaan di Indonesia. Namun dia tak hanya puas sampai di situ. Dirinya memiliki harapan, lagu-lagu campur sarinya dapat dikenal dalam skala dunia.
Ia pun siap menyebarkan rasa patah hati ke mancanegara. Baginya, karya musik apapun jenisnya, asal dibuat dengan sungguh-sungguh, pasti memiliki pendengar. Sebab musik bersifat universal.
"Harapan saya semacam itu. Tapi sudah beberapa kali juga saya show di luar negeri, baik di Eropa maupun South America sana. Ternyata, lagu apapun kalau kita serius di situ, sangat bisa diterima," katanya saat ditemui di SCBD, Jakarta Selatan, akhir tahun lalu.
Ia optimis campursari bisa dikenal layaknya lagu-lagu mancanegara lainnya meski berbeda bahasa. "Contohnya kita di sini kadang dengar lagu-lagu Mandarin, Korea (Selatan), Barat, walaupun tidak tahu artinya pasti juga senang," ujarnya.
"Kita harus yakin sebagai orang Indonesia, walaupun orang luar negeri nggak tahu artinya lagu ini, tapi akan senang juga dengan lagunya," lanjutnya. (det/tbn/wis)
No comments:
Post a Comment