SURABAYA (DutaJatim.com) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta seluruh guru dan tenaga kependidikan (Tendik) di Jatim turut mendorong minat baca siswa berbasis digital guna menghadapi era industri 4.0.
Tekad itu dikatakan gubernur perempuan pertama Jatim tersebut sangat selaras dengan ayat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Iqra' yang artinya adalah bacalah.
"Sebentar lagi kita memasuki malam Nuzulul Qur'an, ini tentunya menjadi pengingat bagi kita semua. Bahwa di dalam Al Quran dijelaskan pada saat ayat pertama diturunkan yakni Iqra' yang artinya bacalah, tergambar jelas bahwa semua umat manusia diperintahkan untuk senantiasa membaca," ungkapnya saat menyampaikan sambutan lewat layar virtual pada Webinar Pendidikan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (6/5/2020).
Terutama karena saat ini Jawa Timur menempati peringkat ke 26 dari 34 Provinsi se Indonesia dengan nilai indeks aktivitas literasi membaca (alibaca) Tahun 2019 yang berada di kisaran 33,19. Jatim, kata dia, masuk dalam kategori provinsi dengan indeks literasi yang rendah.
Ia menyebut, indeks literasi yang digagas oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini mengukur dari empat indikator yaitu kecakapan membaca, budaya membaca, akses internet, dan akses perpustakaan.
Dengan data yang menunjukkan minat baca siswa Jatim masih rendah, menurutnya semangat literasi harus terus digencarkan sejak dini. Sehingga guru dan tenaga pendidikan di sekolah memiliki PR yang besar untuk bisa mendorong budaya literasi di kalangan generasi millenial dan generasi Z.
"Data tersebut seharusnya menjadi pendorong bagi kita bersama untuk meningkatkan literasi anak-anak di Jatim. Jangan anggap sepele, karena sangat berpengaruh terhadap daya saing Jatim kedepan," imbuhnya.
Dengan membaca, lanjut Khofifah, anak dapat memperoleh pengetahuan yang membantu mereka untuk mencari solusi dari permasalahan yang dihadapai ke depannya.
Khofifah mengatakan, di era revolusi industri 4.0 seperti saat ini, tidak sulit menemukan buku bacaan. Menurutnya, banyak platform yang menyediakan buku bacaan digital secara gratis tanpa harus membeli. Keberadaan buku digital yang bisa diunduh gratis ini semakin memudahkan siswa dalam melakukan kegiatan belajar dimanapun mereka berada.
"Pemerintah melalui Kemendikbud juga menyediakan banyak buku digital gratis. Tinggal mau atau tidaknya saja kita. Nah, disinilah peran penting guru dan tenaga pendidik untuk mendorong mereka untuk mengakses buku-buku tersebut," ujarnya.
"Jadi, kalau dulu kita bisa beralasan rendahnya minat baca karena persoalan aksesibilitas dan harga, maka sekarang alasan itu sudah tidak relevan digunakan. Buku bisa diperoleh gratis. Bisa dibaca dan dibawa kemana-mana karena berbentuk digital," tambah dia.
Khofifah menyebut, era tahun 1960 an sebagian besar masyarakat kita termasuk kategori listening society atau masyarakat yang lebih suka mendengarkan. Akan tetapi, ketika mereka sudah masuk pada masyarakat yang terdidik, pada tataran pendidikan level menengah hingga tinggi maka mereka bisa disebut masyarakat kategori schooling society.
Sedangkan, ketika mereka berada di tataran schooling society akan terjadi pergerakan hingga tataran writing society. Kemudian, ketika masyarakat sudah mencapai pada titik writing society juga tumbuh diberbagai lini maka pada saat yang sama pasti akan diikuti oleh reading society.
Menurutnya, banyak sekolah sekolah telah berstandar internasional dan lulusan dari luar negeri dan sudah kembali serta mendedikasikan ilmunya di dalam negeri. Akan tetapi bila ternyata pergerakan minat baca belum berseiring dengan tingginya capaian derajat pendidikan di Indonesia.
"Saya mohon lewat Webinar ini bisa dicari rekomendasi strategis untuk perumusan kebijakan yang efektif bagi masyarakat kategori listening society, writing society hingga reading society," pungkasnya. (gas)
No comments:
Post a Comment