“Betapa besar dosanya orang-orang yang melarang umat muslim dalam menghidupkan masjid, rumah Allah. Maka orang-orang tersebut, akan ditimpakan oleh Allah kehinaan di dunia ini, dan di akhirat kelak, akan disiksa dengan siksaan yang pedih.”
DEMIKIAN dikatakan oleh Prof. DR. KH Asep Saifuddin Chalim, MA, saat menyampaikan khotbah Idul Fitri di Masjid KH Abdul Chalim, kompleks Ponpes Amanatul Ummah, Kembang Pelor, Pacet, Mojokerto, Minggu (24/5/2020) pagi.
Diingatkan oleh Kiai Asep, bahwa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) adalah sebuah program pembatasan, bukan pelarangan. Seperti kita ketahui, PSBB adalah istilah kekarantinaan terbatas pada kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeski atau terkontaminasi penyakit sedemikian rupa, untuk mencegah penyebaran penyakit. Dan PSBB kali ini, karena adanya wabah Covid -19 (Corona virus 2019).
Menurut Kiai Asep, justru dengan adanya wabah Covid-’19, masyarakat harus lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, dengan meningkatkan ibadahnya. Termasuk memakmurkan masjid-masjid.
Bahwa dalam upaya memakmurkan masjid tersebut, umat muslim memang harus taat pada seruan ulama dan umara, yakni harus mengikuti Protokol Islam dan Protokol Kesehatan Covid-19.
Protokol Islam yakni, umat muslim harus mandi minimal dua kali sehari. Harus bersuci dengan berwudlu, minimal lima kali sehari – yakni saat akan menunaikan shalat wajib lima waktu. Harus evaluasi diri untuk berpola hidup sehat.
Sedang Protokol Kesehatan Covid-19, antara lain, harus rajin cuci tangan, harus sering minum air hangat, atau terapi-terapi herbal, seperti minum empon-empon, minum wedang jahe merah, minum jus mengkudu, dan lain sebagainya. Juga harus memakai masker, melaksanakan social distancing dan physical distancing.
Dan diserukan pula, di luar dua protokol tersebut, yang merupakan ikhtiar dhohir, umat muslim juga harus melakukan ikhtiar bathin. Yakni berdo’a dan berdzikir.
Dzikir untuk menolak bala, yakni ”Laaila ha ilallah”. Dzikir untuk menolak musibah, “Lahaula wala quata illabillahil aliyil adzim”. Dzikirlah kalimat tauhid itu berulang-ulang, sesempat-sempatnya, dengan khusuk dan keimanan. InsyaAllah kita semua akan aman dan selamat dari wabah Covid-19.
Jadi tidak ada istilah pelarangan, yang ada adalah pembatasan. Jadi hendaknya kita semua tetap memakmurkan masjid, dengan tetap melaksanakan dua protokol tersebut.
“Bagi mereka yang mengkonsep pelarangan – pelarangan, mereka itu adalah ekstrim ke kiri-kirian,” tegasnya. Yakni mereka yang tidak suka terhadap bertumbuh kembangnya umat muslim.
Parahnya, mereka melarang, sementara umara dan para pejabat pada diam atau bahkan ikut menganjurkan. Itu artinya, mereka para umara dan pejabat, tidak faham Al Qur’an Surat Al Baqoroh 114.
Sehubungan dengan itu, Kiai Asep meminta kepada para pejabat, agar tidak egois, takut kehilangan jabatan, dengan ikut-ikutan melakukan pelarangan memeriahkan masjid. Menekan para takmir masjid untuk menutup masjidnya. Menangkap para takmir masjid, yang berani membuka masjidnya.
“Justru masyarakat dengan sholat, berdo’a, berdzikir, beristighotsah, di masjid-masjid seluruh Jawa Timur, maka wabah akan lebih cepat diangkat oleh Allah dari bumi Indonesia. Itu artinya, jamaah masjid, ikut berpartisipasi dalam upaya menanggulangi wabah virus corona,” tegasnya.
Bersabar
Kepada jamaah, Kiai Asep juga menyerukan agar tetap tenang dan bersabar, meski efek dari wabah Virus Corona ini sangat kompleks.
Mulai dari masalah-masalah ekonomi, sosial, keamanan, politik hingga hubungan antar keluarga.
Umat yang beriman, akan tetap tenang, sabar dan tetap mendirikan sholat. InsyaAllah, mukmin seperti itu, akan dilindungi oleh Allah dan tak lama, akan diganti dengan kebahagiaan dan keberkahan yang lebih besar.
Ini semua adalah ujian, ujian dan ujian. Kita harus kuat, sabar, tawaqal, dan sholat, agar bisa lulus dari ujian. Untuk kemudian kita akan diangkat derajatnya oleh Allah lebih tinggi. Baik di dunia maupun di akhirat.
Sekali lagi, Kiai Asep meminta agar masyarakat tetap menjalan dua protokol di atas. Sebagai ikhtiar lahiriah. Sedangkan ikhtiar bathin, juga harus dilaksanakan, yakni sholat, berdo’a, dzikir dan lain-lainnya.
Hidangan & Beras
Dikatakan Kiai Asep, bahwa pada hari yang fitri ini, umat muslim diharamkan untuk berpuasa. Bahkan untuk menegaskan pelarangan ini, setelah sholat Subuh, disunnahkan untuk minum dan makan-makanan kecil, seperti kurma atau roti.
Sehubungan dengan itu, Kiai Asep meminta pada seluruh jamaah yang memenuhi Masjid KH Abdul Chalim, agar setelah sholat Idul Fitri, menuju kediamannya yang bersebelahan dengan masjid, karena dia sudah menyiapkan hidangan dalam empat meja. Dan dijamin semuanya akan dapat menikmatinya.
“Kalau pada Idul Fitri tahun-tahun sebelumnya, pulangnya saya kasih oleh-oleh sarung atau sewek, tapi kali ini tidak. Dengan pertimbangan tekanan ekonomi karena PSBB, maka pulangnya akan kami bagikan satu sak (@ 5kg) beras. Dan insyaAllah semua jamaah akan kebagian,” kata Kiai Asep memohon dengan nada suara lembut pada sekitar 2.000 jamaah yang hadir.
Selanjutnya, Kiai Asep membesarkan hati para jamaah dengan menegaskan janji Allah, bahwa barang siapa yang berpuasa penuh di bulan Ramadhan, dengan keimanan yang mantap, maka optimislah bahwa semua dosa dan kesalahan kita akan diampuni dosa-dosanya oleh Allah.
Lalu bagaimana dengan yang merasa ibadah puasanya kurang sempurna, bolong-bolong, jangan khawatir. Allah maha Rochman dan Rochim. Karena ada Lailatul Qodar. Meskipun puasanya kurang sempurna, namun ketika lailatul qodar turun, dia sedang beribadah, membaca Al Qur’an, tadarus, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya, maka dapatlah ia Lailatul Qodar.
Namun yang pesimis mendapatkan Lailatur Qodar, jangan khawatir juga, asal ikut sholat Idul Fitri, dan mendengarkan khotbah hingga tuntas, dengan kebahagiaan dan keimanan dalam hati, maka Allah juga akan mengampuni dosa-dosa kalian.
“Barang siapa di antara kalian taqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, maka semua permasalahan akan diselesaikan oleh Allah, rezeqi kalian akan diajamin oleh Allah dan Allah juga akan memudahkan semua urusan duniawinya.
Ingat, janji Allah tidak ditujukan pada pribadi-pribadi, namun ditujukan kepada semua manusia, semua masyarakat,” tegas Kiai Asep yang berceramah tanpa teks tersebut.
Maka dari itu, dia berseru kepada jamaah yang kebanyakan dari Desa Kembang Pelor dan desa-desa di sekitar masjid, untuk selalu meningkatkan taqwa kepada Allah. Maka Allah akan memastikan, sawah ladang akan subur, hujan diturunkan secara teratur, panen akan berlimpah dan penuh berkah.
Selanjutnya, di akherat nanti, para jamaah telah disiapkan imbalan kehidupan yang penuh keindahan, kesejahteraan, kebahagiaan, aman damai, sentosa selamnya, serta kehidupan yang mulia. (nuruddin)
No comments:
Post a Comment