SURABAYA (DutaJatim.com) - Kasus Coronavirus Disease (Covid-19) Klaster Sampoerna bertambah 29 orang. Ini sangat serius.
Klaster ini melibatkan puluhan karyawan PT HM Sampoerna Tbk yang kini ada yang dirawat di RSUD Soetomo Surabaya. Saat ini total karyawan Sampoerna yang terjangkit corona sebanyak 65 orang.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, hasil tes ke-29 pasien positif itu baru keluar pada Sabtu malam, 2 Mei 2020. Mereka adalah bagian dari 323 karyawan yang sebelumnya menjalani rapid test dan seratus orang di antaranya hasilnya reaktif. Nah, seratus yang reaktif kemudian ditindaklanjuti dengan tes Swab-PCR.
Pada tes Swab-PCR gelombang pertama, terkonfirmasi 34 orang positif corona. Tes gelombang kedua 29 positif Corona. Ditambah dua karyawan sebelumnya yang positif Corona dan sudah meninggal dunia, sementara ini total karyawan Sampoerna yang terkonfirmasi positif sebanyak 65 orang.
Khofifah menuturkan, pihaknya pun terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar para karyawan yang positif bisa segera dirawat intensif di rumah sakit. Sejauh ini, kata dia, baru 25 yang dirujuk. Sementara sisanya masih berada di sebuah hotel di Surabaya menjalani isolasi mandiri.
“Mereka membutuhkan perawatan rumah sakit. Karena kemarin baru 25 yang dirujuk ke RS, sebagian di antaranya masih ada di ruang observasi di salah satu hotel yang ada di Surabaya,” kata Khofifah saat ditemui di Surabaya pada Minggu, 3 Mei 2020.
Tim Tracing Gugus Tugas Covid-19 Jatim juga melakukan penelusuran ke tempat tinggal para karyawan yang positif, di luar area pabrik PT HM Sampoerna Tbk di Rungkut.
“Sudah mentracing di mana pondokan-pondokan karyawan itu, para tetangga terdekat juga ditracing, sudah mulai dilakukan," ujar Khofifah.
Klaster Sampoerna ini sangat mengejutkan. Kasusnya bermula ketika ada dua karyawan yang bekerja di pabrik Rungkut 2 terkonfirmasi positif corona dan meninggal dunia.
Segera setelah itu pihak perusahaan menutup dan menghentikan sementara kegiatan produksi. Sebanyak 323 karyawan di-rapid test dan hasilnya seratus orang di antaranya reaktif.
Gugas Jatim lantas menindaklanjuti dengan melakukan tes Swab tahap pertama terhadap 46 karyawan dari 100 orang itu. Hasilnya, 34 orang dinyatakan positif corona plus 29 positif hasil tes Swab gelombang kedua.
Di luar itu, sebanyak 163 karyawan telah di-Swab lebih dulu oleh pihak perusahaan dan hasilnya belum keluar. Sementara ini, total 65 karyawan Sampoerna yang sudah dinyatakan positif.
Gotong Royong
Kasus ini juga memicu beda pendapat antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya terkait karut-marutnya penanganan klaster tersebut.
Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya, Joni Wahyuadi, pun meluruskan adu pendapat yang terjadi itu. Joni mengatakan bahwa tidak ada yang paling benar dalam masalah ini, karena memang harus ditangani bersama-sama.
"Sebetulnya kota di-backup provinsi, jadi penanganannya harus bareng-bareng begitu. Jangan merasa paling benar, tidak ada yang paling benar mengenai Covid-19 ini, yang paling benar Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Joni ditemui di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu malam, 2 Mei 2020.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas (Gugas) Covid-19 Jawa Timur itu mengatakan pihaknya baru menerima laporan tentang adanya kasus Coronavirus Disease atau Covid-19 di lingkungan pabrik Rungkut 2 PT HM Sampoerna Tbk dari pihak perusahaan pada 28 April 2020, bukan dari Gugus Tugas Kota atau Dinas Kesehatan Surabaya. Begitu tim turun, potensi penularan sudah sulit dibendung.
"Memang pernah disampaikan oleh Ibu Gubernur, memang Dinkes kota (Surabaya) pernah menangani di sana (Sampoerna). Tapi kemudian tanggal 28 (April 2020) pihak Manajemen PT HM Sampoerna ke Grahadi," katanya.
Joni mengaku diminta Khofifah untuk menemui manajemen Sampoerna. "Mereka bersama kita lalu melakukan mapping, bagaimana kronologinya seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Sampai sudah ada yang opname, sampai ada yang PCR mandiri, dan hasilnya belum keluar sampai sekarang," ujar Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya itu.
Setelah sedikit terurai, Joni mengaku juga berdiskusi dengan pihak Dinas Kota Surabaya terkait Klaster Sampoerna. "Bukan tidak diskusi. Kami cocokkan (data) dengan mereka dan sampai mana penanganannya dari dinas kota. Oke, kalau begitu ayo kita tangani bareng-bareng, karena ini problem besar. Kami arahkan seperti itu," kata Joni.
Menurut Joni, pandemi Corona adalah momentum bagi semua pihak untuk gotong-royong menangani Corona, bukan jalan sendiri-sendiri.
"Saya kira saat ini waktunya saling gotong-royong. Arahan dari Bu Gubernur harus gotong-royong. Ini masalah besar. Jadi, tidak engkel-engkelan tapi diselesaikan bareng," ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M. Fikser menegaskan, pemerintah kota selalu serius dan cepat dalam mendapatkan semua informasi yang berkembang terkait dengan penyebaran Covid-19. Termasuk kasus Covid-19 pada karyawan PT HM Sampoerna Tbk, Rungkut Surabaya.
"Bahwa pemerintah kota tidak pernah terlambat. Ibu Gubernur (Jawa Timur) tidak benar. Awal mulanya pada tanggal 2 April yang bersangkutan itu sakit dan berobat ke klinik perusahaan. Pada 9 April 2020 pasien dirujuk di rumah sakit dan tanggal 13 April pasien melakukan pemeriksaan tes swab di rumah sakit yang berbeda,” kata Fikser saat Jumpa Pers di ruang Sekretaris Daerah, Balai Kota Surabaya, Sabtu. (vvn/nas)
No comments:
Post a Comment