Oleh Imam Shamsi Ali*
“Maka barangsiapa yang takut kepada Tuhannya dan menahan nafsu, maka sungguh syurgalah tempat kembalinya”
(An-Naazi’aat).
SEGALA sesuatu dalam hidup ini punya batas. Bahkan hidup itu sendiri ada batasnya.
“Semua yang ada di atas bumi itu berakhir” (Al-Quran). Demikian penegasan Al-Quran.
Batas-batas yang ada dalam hidup manusia itulah yang akan menjadi acuan-acuan tentang apa, bagaimana, kapan dan dimana manusia berbuat. Batas-batas itu pula yang akan menentukan seseorang dalam mengambil tanggung jawab hidupnya.
Manusia akan terikat sekaligus terukur akan siapa dirinya dengan batas-batas ini. Menjaga batas-batas itu adalah bentuk tanggung jawab dan keadilan. Melampaui batas-batas itu adalah bentuk tidak tanggung jawab dan kezhaliman.
Al-Quran sendiri dalam beberapa tempat menegaskan, salah satunya di Surah Al-Baqarah ayat 187: "dan itulah batas-batas Allah (huduudullah). Maka janganlah kamu lampaui".
Melampaui batas-batas itulah yang dikenal dalam bahasa Al-Quran dengan “thogut” (transgresi).
Perilaku thoghut atau melampaui batas-batas (huduud) itulah yang menjadi penyebab segala “kerusakan” (fasad) dalam hidup.
Ambillah makan sebagai salah satu contoh. Makan yang berlebihan akan menimbulkan banyak masalah kesehatan. Makan berlebihan bisa menimbulkan kolesterol, darah tinggi, hingga kepada obesitas (kegemukan).
“Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh tangan-tangan manusia”.
Tangan yang dimaksud di ayat tersebut adalah “kemampuan” manusia. Dapat juga diartikan sebagai “otoritas”.
Manusia akan kehilangan kontrol terhadap kekuatan dan otoritasnya di saat hawa nafsunya yang menjadi komando hidupnya. Akibatnya “batas-batas hidup” tidak lagi menjadi pertimbangan.
Di sinilah esensi puasa sesungguhnya. Bahwa dengan puasa manusia melatih diri dalam mengontrol kecenderungan hawa nafsu.
Hawa nafsu yang terkontrol dalam pembangunan dunia itulah yang akan tetap terjaga dalam batas- batas kehidupan.
Tapi untuk memungkinkan manusia menahan hawa nafsu itu, diperlukan kesabaran bahkan rasa takut kepada Tuhan alam semesta.
Sebaliknya kegagalan manusia dalam mengontrol hawa nafsunya, sehingga keluar dari batas-batas kehidupan banyak disebabkan oleh hilangnya kebesaran Allah dalam jiwa.
Allah menggambarkan itu di Surah Annaziat: “Dan barangsiapa toghaat (melampuai batas) dan mencintai dunia secara berlebihan...”
Akibatnya: “maka sungguh neraka jahannam menjadi tempat kembalinya”.
Hawa nafsu yang tidak terkontrol melahirkan perilaku melampaui batas (i’tidaa). I’tidaa demi i’tidaa itulah yang mengakibatkan ragam “jahannam” (penderitaan) hidup.
Dalam dunia modern saat ini ada dua bentuk neraka yang paling umum menimpa manusia. Keduanya adalah “al-khauf” (rasa takut) dan “al-Hassan” (rasa sedih).
Kekhawatiran atau ketakutan itu terkait dengan masa depan. Sementara kesedihan itu menyangkut dengan masa lalu. Manusia takut kehilangan. Dan jika kehilangan mereka pasti mengalami kesedihan berlebihan.
Manusia kerap takut kekurangan di masa depannya. Dan jika kekurangan menimpanya mereka bersedih. Padahal jika saja beriman, keduanya juga masuk dalam kategori karunia Tuhan. Asal saja di posisikan pada posisi yang proporsional.
Puasa memang esensinya “menahan diri" dengan mendekatkan dan menghadirkan kebesaran Allah dalam hidup. Dan itu pulalah yang menjadi kunci “jannah” (ketenangan/kebahagiaan) dalam hidupnya.
Itulah yang digambarkan oleh Al-Quran sepert saya kutip di awal tadi. “Dan barangsiapa yang takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari penghambaan hawa nafsu maka syurgalah menjadi tempat kembalinya”.
Kesimpulannya syurga dan neraka (kebahagiaan dan penderitaan) hidup itu akan banyak ditentukan oleh bagaimana manusia menjaga batas-batas hidupnya.
Dan di sini pulalah puasa memiliki peranan signifikan dalam menumbuhkan kesadaran manusia tentang itu. Semoga! (*)
* Imam Shamsi Ali adalah Presiden Nusantara Foundation Amerika Serikat.
Bapak/Ibu yang dirahmati Allah.
Di bulan mulia ini, khususnya hari-hari terakhir Ramadhan saya mengajak untuk ikut dalam proses pelusanan angsuran harga properti proyek pesantren di Amerika. Insya Allah tinggal 4 kali angsuran lagi.
Donasi dapat disalurkan melalui:
http://kitabisa.com/nusantarafoundation
Atau langsung ke rekening berikut:
BNI Syariah: 887000045
Bank Mandiri: 1240000018185
Bank Syariah Mandiri: 7774454459
A.n: Yayasan Inka Nusantara Madani
Jazakumullah khaer!
No comments:
Post a Comment