Para ABK WNI di Bandara Incheon Korsel hendak terbang ke Indonesia, Jumat pagi tadi.
JAKARTA (DutaJatim.com) - Sebanyak 17 anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban perbudakan oleh kapal pencari ikan berbendera China. Tiga WNI meninggal dunia dan jenazahnya dilempar ke laut. Sedang 14 WNI lain bisa diselamatkan saat kapal itu berada di Korea Selatan.
Selanjutnya 14 WNI itu dipulangkan ke Indonesia. Mereka sempat ditelepon oleh Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi saat berada di Bandara Incheon sebelum berangkat naik pesawat dari Korea Selatan.
Kasus ABK WNI diperbudak juragan kapal China itu terungkap dan menjadi trending topic di Twitter Indonesia pada Kamis (7/5/2020) pagi. Hal itu menjadi perbincangan publik setelah seorang YouTuber Korea Selatan, Jang Hansol, mengunggah video pemberitaan media MBC, mengenai pengakuan ABK yang dipekerjakan secara tak manusiawi di kapal asal China itu. Hansol yang bisa berbahasa Indonesa punya banyak follower dari Indonesia.
Disebutkan bahwa para ABK itu mengaku dipekerjakan selama 18 jam, bahkan bisa berdiri selama 30 jam, dengan 6 jam istirahat. Mereka yang jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia, jenazahnya dilarung ke laut. Video yang diunggah Hansol kini telah dilihat lebih dari 1,9 juta kali dan menjadi trending di Youtube.
Sementara WNI yang selamat dari perbudakan segera ditangani oleh aparat setempat dan Pemerintah RI. Para WNI itu pun dipulangkan. Mereka berkumpul di Bandara Incheon, Korsel, Jumat (8/5/2020) pagi tadi. Tampak ada ABK yang mengenakan topi merah, jaket jins, atau kemeja flannel, namun semuanya sama-sama mengenakan masker.
Saat mereka berkumpul, Menlu Retno menelepon. Pengeras suara ponsel diaktifkan, terdengar Retno menanyakan kabar kepada mereka."Sehat, Bu. Sehat, alhamdulillah," demikian kata salah seorang ABK WNI bertopi merah, disahut oleh para rekan ABK lainnya, menjawab pertanyaan Retno via telepon.
Sebanyak 14 pria ini adalah pekerja kapal Long Xing 629 yang belakangan disorot karena melakukan eksploitasi terhadap ABK asal Indonesia. Perlakuan di kapal itu dinilai tak ubahnya perbudakan dan melanggar HAM.
Kini 14 pria itu sudah terbebas dari perbudakan itu. Mereka memastikan bahwa mereka sudah menjalani wawancara dengan aparat penjaga pantai (coast guard) yang menindaklanjuti laporan atas eksploitasi di kapal China itu. Retno mendoakan agar semua urusan mereka lancar.
Keberangkatan mereka dari Bandara Incheon didampingi oleh pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Seoul. KBRI memastikan 14 orang ini sehat semua dan sudah selesai menjalani masa karantina virus Corona selama 14 hari di Korsel.
"Semuanya dalam keadaan sehat, insya Allah. Bahkan pada waktu mereka menunggu keberangkatan di Bandara Incheon, Ibu Menteri Ibu Retno Marsudi sempat melakukan percakapan dengan mereka lewat telepon. Kami di KBRI Seoul tentunya akan terus menindaklanjuti apa yang menjadi keluhan mereka, anak-anak 14 orang ABK kita ini. Mudah-mudahan bisa tercapai penyelesaian sebaik-baiknya dalam waktu yang tidak terlalu lama," tutur Duta Besar RI untuk Korsel Umar Hadi melalui video yang diterima media.
Mereka naik pesawat Garuda, lepas landas dari Bandara Incheon pukul 10.35 waktu setempat. Selanjutnya mereka mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, Jumat sore ini.
Jenazah Dilempar ke Laut
Dalam video yang diunggah Hansol, dia mengulas berita di kanal MBC yang tengah menjadi trending di Korea Selatan. MBC memberitakan, “Eksklusif, 18 Jam Sehari Kerja. Jika Jatuh Sakit dan Meninggal, Lempar ke Laut”.
Hansol mengatakan, dia memutuskan untuk mengunggah video tentang berita itu karena ada subscriber-nya yang meminta agar berita itu diinformasikan karena belum diketahui di Indonesia.
Stasiun MBC sendiri, mendapatkan informasi tersebut karena kapal bersandar di Busan dan para ABK meminta hal itu diberitakan serta meminta bantuan Pemerintah Korea Selatan. Video tersebut juga menampilkan kesaksian beberapa orang yang menceritakan para ABK bekerja layaknya budak.
Mereka mengaku tempat bekerjanya sangat buruk dan terjadi eksploitasi tenaga kerja. Diceritakan bahwa ada ABK yang meninggal dunia serta sakit selama satu bulan. ABK itu mengalami sakit yang dimulai dari kram, kemudian bengkak di kaki yang kemudian menjalar ke seluruh tubuh hingga akhirnya sesak napas, dan meninggal dunia.
Kapten kapal China itu menyebut ABK asal Indonesia yang dilempar ke laut sebenarnya dilarung. Pernyataan kapten kapal China itu tercantum dalam situs website Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kamis (7/5/2020).
"Pada Desember 2019 dan Maret 2020, pada kapal Long Xin 629 dan Long Xin 604, terjadi kematian 3 awak kapal WNI saat kapal sedang berlayar di Samudera Pasifik. Kapten kapal menjelaskan bahwa keputusan melarung jenazah karena kematian disebabkan penyakit menular dan hal ini berdasarkan persetujuan awak kapal lainnya," demikian yang tertulis di keterangan berjudul "Perkembangan ABK Indonesia yang saat ini berada di Korsel" dalam poin 3.
Kemudian di poin berikutnya tercantum KBRI Beijing telah menyampaikan nota diplomatik untuk meminta klarifikasi kasus ini. Dalam penjelasannya, Kemlu China mengklaim pelarungan ini sudah disesuaikan praktik kelautan internasional untuk menjaga kesehatan para awak kapalnya. Insiden ini viral setelah sebuah video yang dipublikasikan oleh media Korea Selatan memperlihatkan jenazah ABK Indonesia dibuang ke laut dari sebuah kapal China. (det/kcm)
No comments:
Post a Comment