JAKARTA (DutaJatim.com) - Jenazah mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (14/6/2020) siang tadi. Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa memimpin upacara pemakaman tersebut.
Seperti dikutip dari Antara, peti jenazah adik ipar Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tiba di TMP Kalibata pukul 13.25 WIB. Proses pemakaman berlangsung sejak pukul 13.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB.
Jenazah almarhum dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya dengan diiringi tabuhan genderang oleh Pasukan Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Peti jenazah Panglima Kostrad 2010—2011 itu terlihat diselimuti kain merah putih sebagai penghormatan atas jasanya untuk bangsa Indonesia.
"Dengan ini mempersembahkan kepada persada ibu pertiwi," kata Andika sesaat sebelum jenazah dimasukkan ke liang lahat.
Tampak SBY turut menghadiri pemakaman bersama kedua putranya, Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Bhaskoro Yudhoyono. Selain dihadiri keluarga, pemakaman jenazah Pramono Edhie juga dihadiri sejumlah pejabat seperti Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan. Ada pula Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Fadjar Prasetyo, dan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian.
Serangan Jantung
Pramono Edhie meninggal dunia akibat serangan jantung, Sabtu (13/6/2020) malam. Almarhum sempat mendapat penanganan di RSUD Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tapi Allah SWT akhirnya memanggilnya.
Pramono Edhie merupakan Kasad ke-27 yang menjabat sejak tanggal 30 Juni 2011 hingga 20 Mei 2013. Almarhum juga pernah menjabat sebagai Panglima Kodam III/Siliwangi dan Komandan Jenderal Kopassus.
Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan ucapan belasungkawa atas meninggalnya Pramono Edhie. "Kita kehilangan salah satu prajurit terbaik. Salah satu putra terbaik bangsa, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo," kata SBY saat menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya adik iparnya itu melalui siaran pers, Minggu (14/6/2020).
SBY mengenang Pramono sebagai prajurit profesional dan berpengalaman dalam menjalankan seluruh tugasnya. Ia juga mengenang Pramono saat meniti karier di TNI Angkata Darat, dimulai dari korps Komando Pasukan Khusus (Kopassus), lalu menjabat Pangdam Siliwangi, kemudian menjabat Pangkostrad, hingga akhirnya didapuk sebagai KSAD. Ia menyatakan tahun-tahun ini merupakan masa yang penuh duka lantaran baru saja sang istri dan ibundanya meninggal dunia.
"Saya pribadi dan keluarga tentu sangat berduka. Ini tahun yang berat setelah tahun lalu saya ditinggal almarhum istri tercinta. Setelah itu ibunda saya sendiri. Dan sekarang adik kandung Ibu Ani. Selamat jalan adikku. Istrirahatlah dengan tenang di sisi Allah SWT," lanjut SBY.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo Prof Rajab Ritonga seperti dikutip dari detik.com Minggu (14/6/2020) juga mengenang Jenderal Pramono Edhie Wibowo. Sang jenderal, kata dia, sejatinya tak anti pengusaha. Termasuk mereka yang bergerak di bidang pengadaan alat utama sistem kesenjataan (Alutsista) TNI. Hanya saja dia tidak rela bila para pengusaha itu mengambil keuntungan jauh berlipat sehingga memberatkan keuangan negara.
Karena itu sejak menjadi KSAD, Jenderal Pramono Edhie selalu melakukan cek ulang tentang harga-harga alutsista yang ditawarkan para broker. Bila aksi ambil untung dinilai keterlaluan ia tak segan memutusnya. "Salah satu contohnya dalam kasus pembelian tank Leopard," katanya.
Tak cuma itu. Jenderal Pramono juga pernah menolak iming-iming komisi atau suap pengadaan teropong 5.000 teropong Trijicon. Teropong buatan Amerika Serikat itu akan digunakan untuk melengkapi senapan serbu SS1 buatan Pindad.
"Bayangkan, harga teropong yang ditawarkan Rp 30 juta, padahal dari pabriknya cuma Rp 9 juta," kata Rajab.
Selanjutnya dia memaparkan kisah pengadaan teropong itu dalam bukunya, "Pramono Edhie Wibowo: Cetak Biru Indonesia ke Depan". Merasa aneh dengan tawaran itu, tulis Rajab, Pramono meminta stafnya mencari tahu soal harga teropong di pasar bebas. Dia mendapat laporan harganya Rp 19 juta. Tak puas dia lalu mengutus perwiranya ke AS. Ternyata harga dari pabriknya cuma Rp 9 juta per unit.
Hanya saja pihak pabrik menolak menjual langsung ke TNI-AD. Alasannya sudah terikat kontrak dengan broker di Singapura. Si broker lantas menawarkan harga menjadi Rp 24 juta per unit, dengan iming-iming Rp 4 juta diantaranya untuk Jenderal Pramono Edhie.
"Dengan nilai-nilai kejujuran yang dipegangnya, Jenderal Pramono Edhie menampik peluang komisi Rp 20 miliar tersebut," kata Rajab yang pernah menjadi wartawan Antara untuk peliputan di lingkungan TNI dan Istana.
Selain jujur, Pramono Edhie juga dikenal hidup sederhana. Ketika menikahkan anak perempuannya, saat itu dia menjabat KSAD, dia tidak menggelar pesta. "Beliau juga biasa bepergian naik pesawat di kelas ekonomi," kata Rajab.
Pramono Edhie Wibowo pensiun pada 2013, dan kemudian terjun ke dunia politik. Pramono menjadi salah satu peserta konvensi calon presiden yang diadakan Partai Demokrat. (ant/det)
Foto: Prosesi pemakaman jenazah mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Pramono Edhie Wibowo di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (14/6/2020).