ADDIS ABABA (DutaJatim.com) - Ethiopia, negara yang dilanda bencana tahun 1984-1986 mengakibatkan sekitar 1,2 juta penduduk meninggal dunia, sekarang mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang. Pertumbuhan ekonomi tahun 2008-2017, rata-rata di atas 10 persen. Ethiopia juga menjadi negara tujuan menarik investasi perusahaan dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Sekarang ada lima perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Ethiopia, nomor dua terbanyak di Afrika setelah Nigeria. Sementara di benua Afrika, terdapat sekitar 30 investasi perusahaan Indonesia.
Potensi kerjasama Indonesia-Ethiopia sangat besar. Namun, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui potensi tersebut, termasuk kondisi real dan kemajuan terkini Ethiopia.
Jumlah penduduk 112 juta jiwa, kedua terbesar di Afrika, juga setelah Nigeria, merupakan pasar strategis produk Indonesia. Jalan yang beraspal di Ethiopia mencapai 89 persen sementara rata-rata benua Afrika 60 persen.
Dalam beberapa tahun terakhir, hampir semua orang Indonesia, pejabat pemerintah dan nonpemerintah, yang datang ke Ethiopia kaget melihat kemajuan dan pesatnya pembangunan di negara itu.
Di Addis Ababa juga terdapat markas besar African Union, organisasi 55 negara Afrika. Januari 2015, Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi menghadiri KTT ke-24 African Union di Addis Ababa.
Hal tersebut bagian dari isi buku “Catatan Duta Besar Republik Indonesia, ETHIOPIA” yang ditulis Al Busyra Basnur, Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika berkedudukan di Addis Ababa.
“Saya menulis buku ini untuk berbagi pengalaman dan mendorong berbagai pihak baik di Indonesia maupun di Ethiopia untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama kedua negara, karena potensi kerjasama, terutama dibidang ekonomi dan pendidikan sangat besar,” kata Duta Besar Al Busyra yang memulai tugas di Addis Ababa pada Maret 2019 lalu.
Sementara itu, Ravky Adi Permato, editor buku mengatakan bahwa buku tersebut berisi banyak data dan angka serta memaparkan berbagai perkembangan terkini Ethiopia.
“Bagus dibaca oleh berbagai kalangan professional dan generasi muda terutama yang ingin mengetahui Ethiopia dan Afrika pada umumnya serta dapat dijadikan bahan referensi,” tambah Ravky.
Acara peluncuran buku baru tersebut diselenggarakan melalui video teleconference (VTC) oleh KBRI Addis Ababa bekerjasama dengan Pusat Studi Afrika, FISIP, Universitas Airlangga, Senin (20/7/2020).
Buku diluncurkan secara resmi oleh Dr. Falih Suaedi, M.Si, Dekan FISIP Unair dengan pengantar buku Direktur Pusat Studi Afrika FISIP Unair, Dr. Pinky Saptandari.
Acara diikuti oleh sejumlah Duta Besar, akademisi, peneliti, pengusaha, tokoh lembaga swadaya masyarakat, pimpinan organisasi dan tokoh pemuda, mahasiswa dan pelajar serta pejabat pemerintah dan nonpemerintah. (gas)