SURABAYA (DutaJatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh ormas perempuan untuk ikut menjaga ketahanan pangan nasional. Hal ini guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis pangan dunia. Dimana kemungkinan tersebut sudah menjadi pembahasan di tingkat internasional.
“Mulai lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB, FAO, dan Presiden RI, Joko Widodo sudah mengingatkan terjadinya kemungkinan krisis pangan dunia. Hari ini beberapa negara pengekspor beras sudah menghentikan sementara ekspornya , mereka ingin mengamankan stok pangan untuk negaranya masing-masing. Maka, kita juga harus memperkuat ketahanan pangan kita,” kata Gubernur Khofifah-sapaan akrabnya saat menjadi pembicara webinar series Muslimat NU, Senin (13/7/2020).
Gubernur Khofifah mengatakan, ikhtiar untuk menjaga ketahanan pangan nasional bisa dimulai dari rumah masing-masing, dan jika dimungkinkan juga bisa mengajak tetangga di lingkungan sekitar. Diantaranya, menanam jenis tanaman mpon-mpon, cabe, tomat, dan sayur-sayuran melalui media polybag di pekarangan rumah serta pola hydroponic yang relatif bisa dilakukan di lahan yang tidak terlalu luas.
“Yang harus kita lakukan adalah format-format kemandirian seperti ini, dengan berbasis rumah tangga. Jadi Muslimat NU dan ormas wanita lainnya serta elemen masyarakat secara luas bisa menyiapkan panduan untuk membangun ketahanan pangan di lingkungan masing- masing mulai dari hidroponik sederhana di lingkungan lahan yang terbatas, kemudian polybag, sampai di media vas atau pot yang besar, karena bisa diisi macam-macam tanaman,” katanya.
Khofifah juga menambahkan, selain menanam sayur-sayuran dan buah-buahan, lahan pekarangan rumah juga bisa dijadikan tempat untuk budidaya berbagai jenis ikan seperti ikan nila, mujair, lele dan udang. Yakni dengan cara membuat kolam kecil, atau memanfaatkan media yang sudah ada.
“Saya sudah melihat ternak lele yang dilakukan di dalam tong, seperti di Tulungagung. Kemudian sabtu lalu, saya diajak memanen udang vaname di kolam edukasi Puspenerbal di Juanda, Sidoarjo. Udang jenis ini memiliki nilai ekonomis paling tinggi diantara jenis budidaya ikan yang dilakukan dalam kolam bundar yang kecil, metodenya cukup sederhana, tapi bisa mendatangkan income yang menjanjikan,” ujarnya.
Lebih lanjut gubernur wanita pertama di Jatim ini menyampaikan, budidaya udang vaname sendiri hanya membutuhkan waktu tiga bulan, dengan profit lebih dua kali lipat dari modal yang ditanam.
“Jadi, jika diantara ibu-ibu Muslimat NU dan komunitas ormas perempuan lainnya jika ada yang memiliki lahan yang tidak terlalu luas, dan berminat maka bisa dibuat kolam bundar, yang biasa dipakai untuk ikan nila atau lele, silahkan dicoba dengan disebar benur vaname. Itu potensi marketnya luar biasa, disamping memperoleh penghasilan, kita juga ikut menjaga ketahanan pangan nasional,” lanjutnya.
Di akhir sambutannya, Gubernur Khofifah meminta pembahasan-pembahasan pada webinar series kedepan, dapat secara kontinu membahas tentang bagaimana best practice menjaga ketahanan pangan nasional.
Dicontohkannya, jika pada hari ini membahas budidaya lele maka pada webinar series berikutnya membahas budidaya udang, atau ikan gurami, berbagai sayur dan seterusnya. Sehingga berkelanjutan , diikuti praktek sehingga webiner sekaligus jadi media konsultasi serta bisa jadi inspirasi padat karya sehingga multi manfaat. (gas)