Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Kreatif di Tengah Covid-19: Puluhan Emak-Emak Sulap Daun Kelor Jadi Produk Keren

Saturday, August 15, 2020 | 14:32 WIB Last Updated 2020-08-15T07:32:10Z

 

Mi dan bakso dari daun kelor.


MOJOKERTO (DutaJatim.com) - 
Ini patut dicontoh. Kreatif di Tengah Covid-19  Puluhan Emak-Emak kreatif Sulap Daun Kelor Jadi Produk yang Keren.


Puluhan ibu-ibu di lingkungan Prajuritkulon, Kota Mojokerto, berinovasi memanfaatkan perkebunan kelor dengan luas sekitar 800 meter persegi di tengah pandemi Covid - 19. Tak lain sebagai upaya mempertahankan perekonomian keluarga, dalam kondisi sulit saat ini. 

Daun kelor selama ini dikenal sebagai pohon ajaib untuk menghilangkan ilmu hitam, atau tolak bala. Namun siapa sangka ditangan ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota Mojokerto daun kelor dapat diolah menjadi berbagai olahan seperti, teh, tepung, makanan ringan, kue kering, hingga mie kelor. Daun yang disebut moringa ini, memiliki kandungan protein tinggi, dan bagus untuk ketahanan tubuh. 

Kreatifitas membuat olahan daun kelor berawal dari melimpahnya pohon kelor, dan hanya dimanfaatkan warga sekitar hanya untuk sayur saja. Hanya saja, sejak pandemi Covid - 19 masuk ke Indonesia awal Maret 2020 lalu, membuat warga mengolah daun kelor menjadi olahan makanan ringan.

"Warga kurang memanfaatkan dalam artian sudah dikonsumsi untuk sehari-hari saja. Setiap hari kan gak mungkin jangan bening bendino, nah itu kan sayang sekali, diberi lahan oleh pemerintah untuk budaya kelor kenapa tidak kita memanfaatkannya," ungkap Sri Andrijanti, Bagian Produksi KWT Putri Kencana, Sabtu, 15 Sabtu 2020 hari ini.

Awal produksi olahan-olahan inovasi daun kelor, dimulai dengan proses memetik daun kelor di kebun kelor yang dimiliki Dinas Pertanian Kota Mojokerto sejak tahun 2016 lalu, dan juga yang ditanam di sekitaran rumah warga. 

Usai dipetik daun kelor selanjutnya dipisahkan dari batangnya, untuk dicuci bersih kemudian dikeringkan selama dua hingga tiga hari tanpa sinar matahari secara langsung di dalam ruangan dengan suhu tertentu.

"Supaya vitaminnya tidak hilang, khususnya untuk teh harus ditutup dengan kain hitam saat proses pengeringan atau penjemuran," ucap Sri yang juga guru tata boga di salah satu sekolah  di Kota Mojokerto.

Ibu ibu Prajuritkulon Kota Mojokerto memanfaatkan daun kelor untuk produksi bakso, mi, kue, teh, dan lain-lain.


Setelah daun moringa memenuhi proses pengeringan, barulah bisa dipaking untuk teh celup, atau diolah menjadi tepung atau powder agar bisa digunakan untuk olahan makanan ringan, kue basah, kue kering, mie, dan olahan lainnya seperti masker.

Seperti halnya dalam proses pembuatan kue kering, daun kelor yang sudah digiling hingga halus menjadi powder atau tepung dicampur dengan bahan lainnya, seperti tepung terigu, mentega, telur. Setelah adonan siap, barulah dicetak dengan menggunakan sendok dan garpu, untuk selanjutnya dioven dengan suhu 140 derajat celcius.

"Campuran tepung kelornya hanya 5 persen saja dari berat tepung terigu yang digunakan disetiap adonan. Kenapa begitu, biar tidak terasa pahit, dan warna yang dihasilkan juga pas tak terlalu mencolok," terangnya. 

Berbagai olahan yang dihasilkan dari daun kelor tersebut pun cukup terjangkau, seperti tahu bakso kelor dibanderol hanya Rp 2.500, powder atau tepung kelor Rp 10.000, kue kering, maupun basah dibandrol dengan harga Rp 25.000 hingga Rp 60.000.

"Hasilnya saat ini, selain teh celup, powder kelor, ada juga mie, spikuk, nuget, puding, tahu bakso, kue gulung, stik, semprit, dan cornflix kelor," paparnya. 

Sementara itu, Asih penikmat mie daun kelor mengatakan, rasa mienya berbeda, lebih kenyal dari mie biasanya.

"Campuran mie, bakso, dan daun selada semakin menjadikan vitaminnya lengkap. Di Kota Mojokerto baru di Pulorejo ini yang jadikan daun kelor jadi mie setahu saya." imbuhnya. (din/ndc)

No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update