MOJOKERTO (DutaJatim.com) - Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, mengatakan, pemerintahan daerah Mojokerto bisa menjadi pilot project (proyek percontohan) untuk Indonesia bahkan dunia. Dalam hal pelaksanaan dan praktik good governance (penyelenggaraan manajemen pemerintahan yang bagus).
Ungkapan pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang populer dipanggil Kiai Asep ini, disampaikan di hadapan sekitar 200 orang jama'ah sebelum memimpin istighotsah Masjid Baabus Salam di Desa Belik, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (05/09/2020) tadi malam.
Kiai Asep yang juga Pembina Institut KH Abdul Chalim (IKHAC) ini, hadir atas undangan warga Desa Belik. Warga meminta Kiai Asep untuk memimpin acara istighotsah. Karena warga sedang membangun Masjid Baabus Salam, sehingga pelaksanaan pembangunannya segera rampung dan bisa dimanfaatkan untuk peningkatan ibadah kepada sang Khaliq.
Hadir pula sejumlah tokoh masyarakat, serta para kiai kampung dari desa-desa tetangga dari Belik. Seperti dari Duyung, Jatijejer, Kedungudi, Kesiman, Ketapanrame, Penanggungan dan Desa Seloliman.
Lebih lanjut Kiai Asep mengemukakan, percontohan dari Mojokerto bagi Indonesia dan dunia, tak hanya soal pelaksanaan good governance - tapi juga mengangkut pembangunan pertaniannya, pengembangan daerah tujuan wisata (DTW) yang sesuai syariat Islam tanpa prostitusi dan khomer (minuman keras). Kemudian di bidang pembangunan industri juga dikembangkan, yakni industri yang padat karya dengan memprioritaskan penduduk lokal sebagai tenaga kerjanya.
"Namun semuanya itu ada syaratnya yaitu Mojokerto harus dipimpin oleh Bupati dan Wakil Bupati yang mudah, jujur dan amanah."
"Kreteria pemimpin seperti itu, ada dalam figur-figur calon bupati dan wakil bupati, Ibu Ikfina Fatmawati dan Gus Muhammad Al Barra yang sudah mendaftarkan ke KPU Mojokerto pada Jum'at (04/09/2020) lalu," cetus Kiai Asep dengan rinci.
"Saya ini bapaknya Gus Barra (calon wakil bupati, Muhammad Al Barra, red). Lho koq ada dua dalam pencalonan Pemilihan Bupati Mojokerto nanti? Ya yang satu sebagai calon bupati dan satunya lagi adalah calon wakil bupati. Nah, dua-duanya adalah anak saya. Yang satu, Gus Barra adalah anak kandung saya, serta satunya: Ibu Ikfina itu adalah anak didik saya di pesantren," jelas Kiai Asep yang guru besar Ilmu Sosiologi ini.
Dalam pencalonan bupati dan wakil bupati ini, lanjut Kiai Asep: "Anak saya punya cita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur lewat penyelenggaraan good governance tadi."
Dari Mojokerto ini, menurut kiai berputra sembilan ini, akan menjadi contoh Indonesia dan bahkan dunia. Karena Nusantara ini ada, yang sekarang menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, berasal dari Kerajaan Majapahit dan Majapahit itu ada di Mojokerto ini.
Dimulai dari Tribuana Tunggadewi, ini mulai ada upaya nusantara yang makmur. Kemudian puncak kejayaan Majapahit adalah saat rajanya digantikan putranya yang berumur 17 tahun. Yakni Hayam Wuruk.
Lebih jauh Kiai Asep menegaskan, apa tujuan yang diperjuangkan Gus Barra dan Ibu Ikfina? Tujuannya adalah mewujudkan clean governance. Kemudian kondisi Mojokerto yang subur, maka hasil pertanian harus berlipat ganda. Nantinya, diupayakan harus ada pembelajaran dari teknologi pertanian Taiwan. Karena dalam pengamatan Kiai Asep, teknologi pertanian Taiwan adalah paling maju di antara negara-negara Asia. (oko)
No comments:
Post a Comment