ADDIS ABABA (DutaJatim.com) - Kuliner Indonesia banyak dicari di Afrika. Bisnis masakan Indonesia berpeluang besar memasuki pasar Afrika. Hal ini disebabkan antara lain, pertama, Indonesia dikenal luas dan sangat baik di Afrika, apalagi dikaitkan dengan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955.
Kedua, Afrika terdiri dari ratusan etnik dan budaya dengan makanan yang beragam seperti Indonesia. Ketiga, kerjasama perdagangan antar negara dan perusahaan Indonesia yang berinvestasi di Afrika terus berkembang; dan keempat, orang Indonesia kian banyak bepergian, bekerja dan hidup di Afrika.
Hal itu dikatakan oleh Al Busyra Basnur, Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika dalam seminar nasional bertajuk Gastro Diplomacy Goes to Africa, serial Indonesia-Afrika: Bersinergi membangun bersama di masa pandemic Covid-19 yang diselanggarakan secara virtual pada Senin, (28/9/2020).
Seminar diadakan oleh Pusat Studi Afrika, FISIP Universitas Airlangga (Unair) bekerjasama dengan Indonesia Gastronomy Community (IGC) dan Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI).
Duta Besar Al Busyra Basnur lebih lanjut memaparkan bahwa tantangan utama yang dihadapi sekarang adalah sebagian besar orang Indonesia belum mengenal perkembangan terkini, potensi dan peluang berbisnis makanan Indonesia di Afrika.
“Lihat, di benua dengan 55 negara dan penduduk 1,3 miliar jiwa, terdapat hanya empat restoran Indonesia yaitu di Mesir, Afrika Selatan, Rwanda dan Sudan. Sementara restoran dari berbagai negara lain seperti Cina, Jepang, Korea, India, Vietnam, Timur Tengah, Italia dan Amerika Serikat, menjamur di Afrika,” kata Duta Besar Al Busyra.
Ia menambahkan, tantangan lain yang dihadapi adalah transportasi bahan dan bumbu masakan Indonesia karena jarak Indonesia dan negara-negara Afrika cukup jauh dan frekuensi penerbangan masih terbatas.
“Namun, dengan Ethiopia, terdapat penerbangan langsung Addis Ababa-Jakarta, yang dilayani oleh maskapai Ethiopian Airlines,” jelas Duta Besar Al Busyra.
Selain Duta Besar Al Busyra Basnur, hadir sebagai pembicara pada acara tersebut Paramitaningrum Ph.D dari Indonesia Gastronomy Community Universitas Binus dan Dr. Pinky Saptandari, Ketua Pusat Studi Afrika Unair, dengan moderator Dian Rosdiana Sekjen Asosiasi Antropologi Indonesia.
Ketika membuka seminar, Dr. Falih Suaedi, Dekan FISIP Unair, antara lain mengatakan bahwa acara bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia tentang Afrika dan meningkatkan kerjasama Indonesia-Afrika, khususnya di bidang Gastro Diplomacy. (gas)
No comments:
Post a Comment