PHILADELPHIA (DutaJatim.com) - Situasi di Kota Philadelphia Amerika Serikat berangsur mulai normal meski masih dibayang-bayangi aksi demonstrasi lagi memprotes penembakan warga kulit hitam Walter Wallace oleh polisi. Namun demikian banyak toko memilih tutup.
Philadelphia Berlakukan Jam Malam, Isu Politik Pilpres Pun Menyeruak
Syarief Syaifulloh, diaspora Indonesia yang tinggal di Kota Philadelphia, melaporkan langsung dari kota yang indah itu, Kamis 29 Oktober 2020 dini hari ini atau Rabu siang waktu Philadelphia, kondisi kota lengang tapi sudah relatif aman. Tidak ada aksi demo seperti sehari sebelumnya.
"Saya keliling kota membeli ikan bawal. Toko-toko tutup tapi situasi aman terkendali. Sebelumnya ada demo di pusat kota," katanya kepada DutaJatim.com Kamis dini hari.
Namun demikian Pemkot Philadelphia bertindak cepat memberlakukan jam malam. Warga kota diminta tinggal di rumah mulai pukul 21.00 malam hingga pukul 06.00 pagi. Hal ini mengantisipasi agar situasi aman. "Ya stay at home. Pemkot cepat tanggap. Mungkin tak ingin kejadian beberapa bulan lalu terulang lagi," kata suami Hani White ini.
Syarif yang dikenal sebagai Pak Tani Amerika itu berharap tak ada kasus rasial seperti penembakan warga kulit hitam dan aksi demonstrasi lagi. Sebab hal itu sangat sensitif. "Semoga terus aman," katanya.
Semakin sensitif mengingat sekarang jelang Pemilu AS. Kabarnya negara bagian Pennsylvania termasuk Philadelphia menjadi lumbung suara bagi calon Partai Demokrat Joe Biden. Karena itu aksi rasial bisa berkembang jadi isu politik. Sejumlah sumber di Kota Philadelphia mengkhawatirkan kondisi itu. "Bisa saja ke arah sana (politis)," kata sumber tersebut.
Seperti diketahui hasil akhir pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada 3 November 2020 dapat mengerucut ke 9 negara bagian, yang akan sangat menentukan siapa pemenang antara Joe Biden dan Donald Trump.
Pada pilpres 2016 Trump memang menggenggam kemenangan 6 negara bagian krusial yakni Florida, Pennsylvania, Michigan, North Carolina, Wisconsin, dan Arizona.
Akan tetapi di polling kali ini petahana dari Partai Republik itu tertinggal di 6 negara bagian tersebut, meski hanya dengan margin yang tipis di beberapa di antaranya. Kondisi ini yang jadi pembicaraan warga AS hingga mengaitkan dengan isu rasial dan aksi demonstrasi di Philadelphia.
Imbauan KJRI
Seperti diberitakan DutaJatim.com sebelumnya, tindakan brutal polisi Amerika Serikat kembali terjadi terhadap warga kulit hitam. Kali ini korbannya keluarga seorang pria kulit hitam Kota Philadelphia, Amerika Serikat yang ditembak mati oleh polisi.
Seperti sebelumnya, masyarakat pun kembali marah. Mereka menggelar aksi demonstrasi memprotes tindakan polisi tersebut. Ratusan demonstran yang menuntut keadilan rasial bentrok dengan polisi pada Selasa (27/10/2020) malam waktu setempat hingga Rabu (28/10/2020) pagi waktu setempat. Philadelphia saat ini menjadi titik panas terbaru di Amerika Serikat soal masalah ras dan penggunaan kekerasan oleh polisi.
Lagi-lagi Warga Kulit Hitam Tewas Ditembak Polisi, Amerika Kembali Membara, KJRI Pun Minta WNI Hati-hati
KJRI New York pun mengimbau WNI di AS khususnya di Kota Philadelphia agar bersikap tenang dan berhati-hati dalam menyikapi aksi demonstrasi yang meluas tersebut. "Dan jangan terprovokasi," demikian salah satu isi imbauan KJRI New York Kamis 29 Oktober 2020.
Ayah dari Walter Wallace juga meminta para demonstran tenang. Seruan ini muncul karena aksi protes atas insiden itu berujung ricuh.
Dilansir Reuters, Rabu (28/10/2020), ketegangan telah mencengkeram jalan-jalan sejak penembakan mematikan oleh polisi pada hari Senin (26/10/2020) waktu setempat terhadap Walter Wallace (27) yang bersenjatakan pisau. Korban digambarkan oleh kerabatnya menderita gangguan mental.
Demonstrasi hari Selasa (27/10) dimulai dengan damai tetapi menjadi konfrontatif saat mulai malam, seperti pada hari sebelumnya. Polisi kemudian muncul untuk menutup distrik komersial Philadelphia Barat yang dijarah pada malam sebelumnya.
Ayah dari Walter Wallace, mengimbau warga untuk "menghentikan kekerasan" demi menghormati putranya dan keluarganya.
"Saya tidak mendukung kekerasan, menghancurkan kota, menjarah toko-toko, dan semua kekacauan ini," katanya kepada wartawan dan sekelompok orang. (gas)
No comments:
Post a Comment