SEMUA manusia itu bermimpi. Hanya saja mimpi sebagian besar manusia justeru di saat tertidur. Sementara mimpi para Mukmin (believers) justeru di saat terbangun. Di saat semua manusia lelap, hanyut dalam mimpi-mimpi indahnya.
Mimpi ketika terjaga itu adalah “mimpi” yang nyata. Mimpi yang dahsyat. Mimpi yang akan menakjubkan. Mimpi yang akan menggoncang dunia.
Barangkali dari sekian banyak pemimpi di dunia ini, Muhammad SAW adalah pemimpi yang terbesar. Di lorong-lorong kecil itu, terkadang di bawah pohon-pohon kurma, atau di atas tikar-tikar kasar dari pelepah pohon kurma, Beliau bermimpi besar.
Baginda Rasulullah SAW tidak pernah berhenti mengimpikan masa depan yang dahsyat. Masa depan yang tersenyum dan menjanjikan. Masa depan untuk agama dan Umat ini.
Dari Madinah beliau bermimpi melihat cahaya Islam menembus dinding-dinding pembatas dunia. Menembus benua Eropa, Afrika, Amerika, Asia bahkan Australia.
Dalam kurun waktu yang singkat mimpi itu menjadi kenyataan. Bahkan di tengah segala tantangan yang ada ketika itu mimpi itu hadir menampilkan wujudnya. Dari kemenangan perang Badar, Uhud, hingga terwujudnya “fathan mubiina” (Fathu Makkah).
Demikianlah mimpi-mimpi itu menghadirkan diri ke seluruh pelosok dunia. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Islam hadir menelusup masuk ke jantung kerajaan Romawi dan Persia. Islam masuk ke daratan Eropa dan Persia. Islam hadir tanpa kekhawatiran di belahan barat dan Timur dunia.
Demikianlah Umat ini harus bermimpi. Mimpi Umat ini bukan angan-angan. Umat ini harus bermimpi untuk membawa sinar Ilahi menembus batas-batas dunia. Mengantar cahaya kebenaran Ilahi merasuki jiwa-jiwa manusia di semua sudut-sudut alam semesta.
Mimpi inilah yang harus menjadi mesin penggerak bagi para da’i dalam aktifitas dakwahnya. Bahwa dengan kerja keras (jihad) dalam iman, pada akhirnya impian semuanya untuk melihat kejayaan Islam itu akan terwujud.
Banyak yang tidak memahami apa rahasia dan bagaimana Islam bisa berkembang pesat di bumi Amerika dan Barat pada umumnya. Islam berkembang justeru di saat Islamophobia semakin meninggi dan menjadi-jadi.
Islam menemukan jalannya di saat Nine Eleven dianggap penghalang yang kokoh bagi perkembangannya. Bahkan peristiwa yang menggoncang dan mengubah sendi-sendi hubungan internasional itu awalnya dianggap kuburan Islam. Sebagian melihat jika dengan 9/11 Islam telah mati di Amerika.
Mimpi itulah yang kemudian membalik realita. Justeru dengan tantangan, rintangan dan ragam kesulitan itu Islam dan dakwah di Amerika menemukan peluang dan jalan-jalan kemudahannya. Warga Amerika pun membuka mata dan berbondong-bondong untuk mencari tahu tentang agama ini. Bahkan tidak sedikit di antara mereka yang menerimanya sebagai jalan hidupnya.
Mimpi ini pulalah yang mendasari sehingga Nusantara Foundation didirikan. Awalnya untuk mewujudkan sebuah Muallaf Center atau pusat pembinaan para Muallaf yang berkembang pesat di Amerika.
Ternyata rencana Allah lebih baik dan pastinya berlaku. Mimpi Muallaf Center itu malah terealisir dalam bentuk pendirian Pondok pesantren pertama di bumi Amerika.
Mendirikan pesantren di Amerika? Iya memang itu sebuah mimpi. Tapi mimpi yang dibangun di atas sebuah keyakinan besar adalah realita. Mewujudkan realita itu tentunya memerlukan rentang waktu yang boleh jadi cukup panjang. Bahkan mungkin memerlukan waktu yang sangat panjang.
Saya masih teringat ketika awal bisikan itu hadir di kepala saya. “Anda telah lama di Amerika. Dikenal luas sebagai penggiat dakwah. Datang dari negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia. Apa yang anda telah lakukan untuk Islam di negara super power ini?”
Bisikan itu hadir sebagai ingatan sekaligus tantangan. Apalagi dengan kenyataan bahwa Muslim Indonesia di Amerika kurang diperhitungkan. Kerap hanya disebut dan bangga sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia. Namun di saat diidentifikasi karya dan kontribusinya hampir tidak ditemukan.
Semua itu menjadi motivasi yang mendorong, bahkan memaksa saya bermimpi untuk melakukan sesuatu yang besar sekaligus teridentifikasi dengan Islam di Indonesia. Dan tentunya hal yang paling tidak terpisahkan dari identifikasi Islam di Indonesia adalah eksistensi pesantren.
Akhirnya langkah untuk mewujudkan mimpi itu dimulai di awal tahun 2018 lalu. Sebuah properti di kota Moodus Connecticut berhasil dibeli. Tanah seluas 7.4 hektar itu dengan gedung-gedung tua kini telah menjadi milik Nusantara.
Tekad itu telah terbangun. Langkah-langkah juga telah dimulai dalam perjuangan untuk mewujudkan Pondok pesantren ini. Apapun rintangan dan kesulitan yang menghadang, tak akan menghalangi lagi langkah ini lagi.
Tentu saja harapan besar kita adalah kiranya mimpi ini bukan mimpi yang kesepian. Bukan mimpi dalam kesendirian. Tapi mimpi kolektif. Mimpi bangsa Indonesia, khususnya Muslim Indonesia untuk mewujudkannya. Semoga! (*)
Udara Jakarte, 22 Desember 2020
Untuk mengambil bahagian dalam perjuangan ini silahkan memberikan kontribusinya melalui Rekening pembangunan pesantren Amerika:
BNI Syariah: 887000045
Bank Mandiri: 1240000018185
Bank Syariah Mandiri: 7774454459
A.n: Yayasan Inka Nusantara Madani
Atau juga melalui website Nusantara Foundation di: https://nusantarafoundation.org/
* Presiden Nusantara Foundation/Pendiri pesantren Nur Inka Nusantara Madani.
No comments:
Post a Comment