Punggung Naga Gunung Piramid di Bondowoso. (Instagram @Bondowoso_Traveller) |
BONDOWOSO (DutaJatim.com) - Pesona Gunung Piramid yang sangat indah menarik wisatawan untuk menjajal tantangan untuk menaklukkannya. Namun untuk mencapai puncak Gunung Piramid yang memiliki ketinggian 1.521 mdpl dan terletak di Dusun Tegal Tengah, Kelurahan/Kecamatan Curahdami Kabupaten Bondowoso Jawa Timur itu sangat sulit sebab berada di jalur yang bertebing sangat curam. Karena itu, sejumlah pendaki gunung yang tidak berpengalaman harus meregang nyawa saat naik gunung ini.
Tingkat bahaya gunung ini sama dengan Gunung Cartenzs Pyramid, Papua.
Untuk mencegah agar tidak ada lagi korban tewas saat mendaki Gunung Piramid, Pemkab Bondowoso segera menunjuk operator profesional untuk mengelola Gunung Piramid. Tujuannya untuk meminimalisir potensi bahaya bagi para pendaki.
Tak hanya itu, dalam waktu dekat Dinas Parpora Bondowoso sebagai instansi pengelola juga akan memberikan pelatihan kepada para pemandu atau guide Gunung Piramid. Pelatihan juga akan diberikan oleh tenaga yang memang berkompeten di bidangnya.
"Berdasarkan rekomendasi tim survei dan pemetaan, Gunung Piramid memang harus dikelola secara profesional," jelas Plt Kepala Dinas Parpora Bondowoso, Retno Wulandari seperti dikutip dari detikcom, Selasa (8/12/2020).
Bahkan, imbuh Retno, selain pemandu profesional, pendaki juga akan dilengkapi peralatan standar mountaineering. Sehingga akan mengurangi risiko ketika pendaki terjatuh di gunung tersebut.
"Dari keterangan tim survei kemarin, Gunung Piramid ini memang sangat indah dan eksotis. Tapi sangat berbahaya, jika tak didukung peralatan standar mountaineering," kata Retno.
Sebelumnya, tim yang terdiri dari sejumlah anggota Wanadri, Bandung, pemandu gunung profesional, sengaja diundang Dinas Parpora Bondowoso untuk melakukan survei dan pemetaan Gunung Piramid. Pemetaan selama sekitar sepekan itu dilakukan untuk mengukur potensi bahaya dan solusinya.
Tim turun langsung ke gunung itu meski cuaca kurang bersahabat karena hujan terus dan selalu berkabut.
"Gunung Piramid ini sebenarnya luar biasa indah. Juga tak terlalu tinggi. Makanya banyak disukai anak-anak muda," kata Ketua Tim Survei dan Pemetaan, Agus Saban.
Namun begitu, kata dia, gunung ini memiliki karakteristik tersendiri. Yakni tingkat bahayanya sangat tinggi jika tak dilakukan secara profesional. Artinya, pendaki Gunung Piramid harus dilengkapi peralatan standar untuk pendakian gunung tebing terjal.
"Setelah kami petakan maka gunung ini mutlak harus dipasang alat pengaman dan pemandu profesional. Karena potensi bahayanya sangat besar sekali," ujar anggota Wanadri, yang juga salah satu pemandu gunung tertinggi Indonesia, Cartenzs Pyramid, Papua ini.
Menurut Agus Saban, Gunung Piramid di Bondowoso tersebut tingkat bahayanya nyaris sama dengan di Cartenzs Pyramid. Meski masing-masing memiliki kekhasan.
Korban Tewas
Gunung ini sebelumnya memakan sejumlah tumbal pendaki. Salah satunya Multazam (18) pelajar SMA yang ditemukan meninggal dunia usai jatuh terpeleset saat mendaki Gunung Piramid pada Agustus 2020 lalu.
Multazam terjatuh usai berfoto bersama dua temannya di puncak Gunung Piramid sekitar pukul 08.00 WIB pada Minggu, 9 Agustus 2020.
Namun rupanya, sebelum Multazam, pelajar yang baru lulus SMP bernama Thoriq Rizki Maulidan juga sempat dinyatakan hilang pada Minggu, 23 Juni 2019.
Thoriq akhirnya ditemukan pada Jumat, 5 Juli 2019. Dia ditemukan dalam kondisi tak bernyawa oleh tim dari Wanadri, Gema Mahapeta Univ Bondowoso (GMPT), Relawan Brigadir Penolong, dan Tim SAR Gabungan.
Jasad Thoriq ditemukan oleh sejumlah relawan dan tim pencari di lokasi yang disebut 'Punggung Naga' Gunung Piramid.
Anggota Wanadri Eko Wahyu Prasetyo mengatakan, Thoriq diduga terjatuh dan terperosok hingga akhirnya tersangkut di batang pohon.
"Melihat dari terjalnya medan tempat ditemukannya survivor, diduga survivor terjatuh dan terperosok lalu tersangkut di batang pohon," ujar Eko melalui akun instagram Humas Wanadri.
Komandan Tim Operasi Bukit Piramid, Basarnas Pos Jember, Rudi Prahara saat itu mengatakan, mengingat sulitnya medan yang ditempuh untuk proses evakuasi, maka tim gabungan melakukan estafet untuk mengevakuasi jenazah Thoriq dari punggung naga Gunung Piramid.
Rudi menjelaskan, dari pos dua ke tempat penemuan jenazah, tim harus melewati jalan setapak yang memiliki lebar kurang dari satu meter. Sisi kanan dan kiri jalan, diakuinya adalah jurang yang cukup curam.
Menuju titik temu jenazah, tim harus turun jurang yang kondisinya seperti padang ilalang, dengan tanah pasir berbatu.
"Dari pos 2 menuju titik temu jenazah, kondisi medannya sangat berat," katanya. (det/l6)
No comments:
Post a Comment