JEMBER (DutaJatim.com) – Giliran Kota Jember dihantam banjir parah. Bencana terparah melanda wilayah perkotaan sejak Jumat, 29 Januari 2021 hingga Sabtu hari ini. Sebagian lagi banjir di pedesaan. Ribuan warga terdampak banjir dan sejumlah dinding rumah mereka jebol bahkan beberapa unit hanyut terbawa air bah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember merilis, sementara ini terdapat belasan titik lokasi banjir. Rata-rata yang terkena banjir berada di dekat aliran sungai. Saat ini, BPBD mengevakuasi dengan cara mengungsikan warga yang rumahnya tergenang air serta membuat dapur umum untuk menyediakan makanan di Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates.
“Kami menyiapkan sementara 200 nasi bungkus karena sebagian warga belum sempat masak, dan besok kita sediakan 1.000 bungkus tambahannya,” ujar Kepala BPBD Jember, Mat Satuki.
Adapun titik lokasi banjir di perkotaan padat penduduk seperti sekitar Gladak Kembar di Kelurahan Kebonsari, dan Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Sumbersari; Kelurahan Kepatihan, Perumahan Villa Indah Tegalbesar, dan dalam kampus UIN KH Achmad Shiddiq di Kecamatan Kaliwates; serta Kelurahan Jember Lor, Pagah, dan Durenan di Kecamatan Patrang.
Sedangkan di pedesaan banjir menerjang Dusung Tengger Barat di Desa/ Kecamatan Jelbuk; Dusun Krajan dan dalam Pondok Pesantren Nurul Qur’an di Desa/ Kecamatan Kalisat; Dusun Klonceng, Desa Patemon, Kecamatan Pakusari; dan Dusun Curah Ancar, Desa/ Kecamatan Rambipuji.
Menurut Satuki, ketinggian air yang menggenangi pemukiman warga bervariasi mulai 40 centimeter hingga 100 centimeter. Sedangkan, arus air banjir paling deras di sungai Bedadung hingga membuat hanyut beberapa unit rumah warga yang berada di dekat bibir sungai terbesar di Jember itu.
Sebelumnya, banjir silih berganti melanda 12 desa yang berada di 7 kecamatan selama dua pekan. Sebanyak lebih dari 4.000 kepala keluarga (KK) yang terdampak. Salah seorang warga difabel bernama Fangki (21) tenggelam ke sungai hingga meninggal dunia di Dusun Jadugan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger.
Banjir mengakibatkan kerugian materiil dalam jumlah besar maupun membuat beban psikologis bagi warga. Sebab, warga merasa resah dan ketakutan. Apalagi, banjir tentu merendam rumah beserta perabotan, menggenangi area persawahan dan perkebunan yang menjadi mata pencaharian, serta merusak sejumlah infrastruktur seperti plengsengan sungai, ruas jalan maupun jembatan.
Dampak banjir sangat terasa bagi 535 KK atau setara dengan sekitar 1.500 penduduk di Dusun Bandealit, Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo. Hampir sepekan, warga yang berada dalam kawasan hutan Taman Nasional Meru Betiri itu terisolir lantaran akses jalan satu-satunya rusak. Selama terisolasi, mereka bertahan beberapa hari dengan bantuan sembako yang dikirim relawan memakai kendaraan khusus.
Namun, kerugian bencana belum terinci perkiraannya. “Belum dihitung pastinya berapa. Yang pasti, banyak sekali kerugiannya,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember, Heru Widagdo. (sut/ndc)
No comments:
Post a Comment