JAKARTA (DutaJatim.com) - Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo menyatakan bakal mewajibkan anggota Polri untuk mempelajari kitab kuning yang diajarkan di pondok pesantren.
Hal tersebut disampaikan Listyo Sigit Prabowo saat melaksanakan fit and proper test calon Kapolri di DPR pada Rabu 20 Januari 2021 lalu.
Menanggapi rencana itu, Komisioner Kompolnas Muhammad Dawam mengapresiasi langkah positif tersebut. Menurutnya, rencana itu akan ditekankan ke arah pendekatan solutif, persuasif, humanis dan membela kepentingan masyarakat. "Sebab Kitab Kuning itu menekankan muatan-muatan seperti itu. Jadi, positif untuk pembekalan personal anggota Polri dan memberikan spirit kenegaraan," ujarnya di Jakarta, Sabtu 23 Januari 2021.
Gus Dawam sapaan akrabnya, mengatakan bahwa rencana mempelajari kitab kuning, tentu ada alasan, pertama, sosiologis. Kedua. Historis. Sosiologis mengingat Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang memiliki dan menyepakati Pancasila sebagai falsafah berbangsa dan bernegara, maka Pancasila harus dilestarikan sebagai alat vital perekat berbangsa, sebagai pemersatu ke-Indonesiaan: NKRI.
"Pak Sigit sangat memahami konteks ini, NKRI wajib hukumnya terus dijaga, maka separatisasi wilayah melalui gerakan-gerakan radikalisme, terorisme, ekstrimisme dan politisasi agama harus benar-benar dihindari untuk mempertahanķan kedaulatan wilayah negeri. Ùntuk mempersempit gerak radikalisasi, ektrimisme agama," ungkap Jebolan Ponpes Jombang ini.
"Bahwa terorisme harus dicari akar masalahnya. Salah satu masalah utama adalah pemahaman agama yang terpotong-potong, parsial dan tidak kompherehensif. Oleh karenanya diperlukan pemahaman yang utuh dalam memahami teks-teks agama," lanjut Gus Dawam.
Dalam posisi ini menarik gagasan Komjen Sigit bagaimana pemahaman keagamaan Islam utamanya didalami dengan lebih serius dengan harapan bila pemahaman keagamaan keIndonesiaan bisa utuh, maka terorisme, radilakisme maupun ektrimisme akan bisa ditekan seminimal mungkin. Hal-hal demikian tujuannya tentu untuk menjaga NKRI secara kèwilayahan tetap terjaga dan sekaligus secara ideologi tetap lestari dengan ideologi Pancasila.
"Salah satu cara meluruskan pemahaman bagi kelompok-kelompok di atas tentu dengan memahami konstruksi keagamaan yang cukup," ujarnya.
Pembelajaran dan pemahaman Kitab Kuning (Kitab-kitab yang ditulis oleh Ulama masa lalu), banyak menekankan pada dua aspek:
1. Pemahaman agama sebagai ajaran universal yang menolak semua bentuk-bentuk kekerasan dalam tindakan maupun pemikiran.
2. Memberi dorongan kuat atas kecintaan kita kepada negara bangsa, bahkan terdapat kredo yang amat poluler di kalangan Pesantren: Hubbul Wathan Minal Iman (cinta tanah air bagian dari iman seseorang).
"Intinya rencana ini sangat bagus untuk dijalankan. Saya yakin Ormas-ormas Islam dan kalangan agama moderat juga mendukung. Karena intinya upaya menekan radikalisasi, terorisme dan separatisasi teritorial wilayah. Semoga bisa berjalan sesuai kebutuhan dan tantangan Polri kedepan yang humanis, persuasif namun tetap tegas dalam penanganan hukum," pungkas Gus Dawam. (hud)
No comments:
Post a Comment