NEW DELHI (DutaJatim.com) - Bencana banjir dan longsor mengakibatkan 14 orang tewas dan sedikitnya 170 orang hilang di India. Banjir dan longsor itu dipicu longsornya gletser di kawasan Himalaya.
AFP melaporkan, Senin (8/2/2021), air bah mengalir ke lembah di utara Himalaya India pada Minggu pagi (7/2/2021), menghancurkan jembatan, jalan, dan dua pembangkit listrik tenaga air.
"Ada awan debu saat air mengalir. Tanah berguncang seperti gempa bumi," kata warga setempat, Om Agarwal kepada TV India.
Pemerintah negara bagian Uttarakhand mengatakan, 14 jenazah telah ditemukan. Pejabat lokal menyatakan bahwa 170 orang lainnya hilang. Lima belas orang lainnya lagi berhasil diselamatkan.
Sebelumnya Minggu (7/2/2021), polisi menyebutkan jumlah orang yang hilang lebih dari 200 orang, kebanyakan dari mereka berada di dua lokasi pembangkit listrik.
Beberapa terperangkap di dua terowongan yang terputus oleh banjir, lumpur serta bebatuan.
Dua belas orang diselamatkan dari salah satu terowongan pada Minggu (7/2/2021) waktu setempat. "Namun 25-30 lainnya masih terperangkap di terowongan kedua," kata pejabat bantuan bencana negara bagian Piyoosh Rautela kepada AFP.
Karena jalan utama tertutup, tim penyelamat harus menuruni lereng bukit dengan tali untuk mencapai pintu masuk terowongan.
Dikutip dari detik.com, ratusan petugas penyelamat melanjutkan operasi pencarian mereka pada Senin (8/2/2021) hari ini termasuk tim tanggap bencana nasional negara bagian, tim penyelamat angkatan darat dan angkatan laut.
Para pejabat mengatakan dua bendungan telah dikosongkan untuk menghentikan banjir mencapai kota suci Rishikesh dan Haridwar.
Puluhan pengguna media sosial mengabadikan bencana tersebut, di mana rekaman menunjukkan air mengalir melalui lembah sempit di bawah salah satu pembangkit listrik dengan sangat deras.
Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan dia sedang memantau operasi bantuan.
"India mendukung Uttarakhand dan negara itu berdoa untuk keselamatan semua orang di sana," katanya di Twitter.
Banjir tahun 2013 di Uttarakhand, yang berbatasan dengan Tibet dan Nepal, menewaskan 6.000 orang, dan menyebabkan seruan untuk meninjau proyek pembangunan di negara bagian itu.
Vimlendhu Jha, pendiri Swechha, sebuah LSM lingkungan, mengatakan bencana itu adalah 'pengingat suram' dari efek perubahan iklim dan 'pembangunan jalan, rel kereta api dan pembangkit listrik yang sembarangan di daerah yang sensitif secara ekologis'. (det/wis)
No comments:
Post a Comment