KOTA BATU (DutaJatim.com) - Tingkat kerawanan bencana di Kawasan Payung I Kota Batu mendapat perhatian khusus dari Pemerintah. Kawasan ini baru saja
mengalami pergerakan tanah yang menyebabkan tanah ambles dan struktur bangunan di 14 warung mengalami kerusakan.
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan BPBD Jatim dengan seismograf, kawasan ini rawan longsor dengan potensi tingkat sangat tinggi. Karena itu harus ditangani secara menyeluruh.
Untuk penanganan jangka pendek saat ini telah dilakukan beberapa langkah. Selain itu Pemerintah juga menyiapkan skema penanganan jangka panjang. Langkah-langkah itu telah dihasilkan melalui rapat koordinasi lintas instansi. Termasuk melibatkan BPBD Jatim.
Hasil identifikasi kerawanan longsor yang dilakukan BPBD Jatim itu lalu diserahkan kepada Pemkot Batu selaku pengambil kebijakan.
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Jatim, Gatot Soebroto mengatakan, penanganan jangka pendek telah dilakukan. Dinas PU Binamarga Pemprov Jatim telah melakukan penambalan rekahan dengan hotmix.
"Untuk jangka panjangnya akan dilakukan perbaikan struktur badan jalan," katanya kemarin.
Kasi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan UPT Malang, Dinas PU Binamarga Provinsi Jawa Timur, Kholilah mengatakan, pelapisan hotmix di lintasan retakan bertujuan untuk mencegah air hujan masuk ke dalam tanah.
Penanganan jangka pendek lainnya dengan menambal jalan retak menggunakan semen dan pasir. Serta melakukan normalisasi saluran drainase yang ada di pinggir jalan.
"Karena masih banyak sampah sehingga terlihat tidak bersih," katanya.
Pekerjaan besar tentunya menanti seiring dengan perbaikan jangka panjang di Kawasan Payung I, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu. Ia mengatakan, pembenahan jangka panjang diperkirakan membutuhkan anggaran senilai Rp 2,5 miliar. Langkah jangka panjang itu berkenaan dengan pembangunan plengsengan teknis atau tembok penahan.
Selain itu akan dilakukan perbaikan jalan yang retak. Butuh penanganan yang lebih karena memerlukan penancapan paku bumi untuk membenahi struktur jalan. Hingga penggalian tanah dan dilakukan pemadatan lagi. Namun hal tersebut masih akan melalui proses kajian lebih lanjut.
"Untuk penanganan jangka panjang, diperkirakan membutuhkan waktu selama satu bulan. Sedangkan untuk estimasi biayanya diperkirakan sekitar Rp 2,5 miliar. Saat ini kami masih menunggu laporan dari Wali Kota Batu kepada Gubernur Jatim terkait adanya hal tersebut," jelasnya.
Retaknya struktur jalan penghubung Kota Batu menuju Kediri maupun Jombang itu, ditengarai karena paku bumi tak menancap sempurna. Karena kondisi paku bumi yang saat ini terpasang hanya sedalam 15 meter saja. Sedangkan idealnya sedalam 25 meter. Bahkan sampai menyentuh bebatuan di dalam tanah.
"Oleh sebab itu, kami akan melakukan kajian terlebih dahulu. Menggandeng akademisi dari Universitas Brawijaya," katanya.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim menjelaskan, beberapa waktu lalu pihaknya juga telah melakukan kajian di lokasi tersebut. Kajian itu dilakukan dengan menggandeng akademisi dari Universitas Brawijaya.
"Dari hasil kajian itu, jika terjadi tanah longsor di lokasi tersebut. Kedalamannya bisa mencapai 26 meter," ujarnya.
Terhitung sejak Oktober 2020 hingga April 2021, Kota Batu meningkatkan statusnya menjadi status siaga bencana. Peningkatan status dilakukan sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi bencana longsor yang kerap terjadi di rentang waktu tersebut.
Bencana tanah longsor biasanya diawali dengan gejala retakan karena adanya pergerakan tanah. Tanda-tanda itu, membuat BPBD Kota Batu bersiaga melakukan pencegahan agar tak menimbulkan korban jiwa.
"Jika pencegahan sudah dilakukan tapi terjadi tanah longsor, kami berusaha meminimalkan dampaknya," tandasnya. (wok/ndc)
No comments:
Post a Comment