AP POLISI menyelidiki kasus penembakan brutal di Young's Asian Massage Parlor, Acworth. |
ATLANTA (DutaJatim.com) - Amerika Serikat dulu dikenal sebagai negeri impian. Dream land. Banyak orang dari hampir semua negara ingin tinggal di Amerika. Sebab, sepintas hidup di negeri Paman Sam itu enak nyaman dan bahagia. Sebagian memang benar, tapi sekarang tidak lagi setelah Amerika sering dilanda aksi teroris yang justru banyak dilakukan oleh orang kulit putih terhadap warga pendatang, khususnya dari Asia.
Bahkan kekerasan bersenjata terus saja melanda Amerika Serikat (AS). Yang menyedihkan kasus kekerasan itu bernuansa SARA dengan korban warga keturunan Asia.
Kali ini terjadi lagi aksi penembakan brutal di dua panti pijat di Atlanta, Amerika Serikat, Rabu (17/3/2021) sore WIB. Peristiwa ini menewaskan delapan orang di mana sebagian korban wanita keturunan Asia.
Seperti diberitakan Associated Press (AP), kejadian pertama terjadi sekitar pukul 17.00 sore waktu setempat. Lima orang ditembak di Young's Asian Massage Parlor, Acworth, sekitar 30 mil (50 kilometer) utara Atlanta. Dua dari korban tewas dan tiga korban luka dibawa ke rumah sakit setempat. Namun kemudian dua korban luka tersebut meninggal dunia di rumah sakit. Hingga semalam pihak berwenang tak memberi rincian jenis kelamin maupun asal korban.
Sementara itu, kejadian kedua terjadi pukul 17.50. Kepolisian setempat mengatakan ada empat wanita keturunan Asia menjadi korban brutalitas orang-orang garis keras dari kalangan kulit putih tersebut. Sebanyak tiga orang meninggal di sebuah spa di timur laut Atlanta, sementara orang keempat tewas di spa lain di seberang jalan.
Petugas polisi awalnya menerima panggilan perampokan di spa itu. Lalu menemukan ada panggilan penembakan lain di seberang jalan.
Dalam laporannya, AP menyebut seorang pria yang dicurigai dalam penembakan di Acworth telah ditangkap. Dia terlihat oleh video pengawas mendekati lokasi bisnis itu sekitar pukul 16.50 pada Selasa waktu setempat beberapa menit sebelum penembakan. "Robert Aaron Long, dari Woodstock, ditahan di Crisp County, sekitar 150 mil (240 kilometer) selatan Atlanta," kata polisi setempat.
Aparat juga mengatakan mereka yakin Long juga tersangka dalam penembakan spa di Atlanta. Polisi AS kini tengah memeriksa lokasi bisnis serupa di dekat lokasi kejadian dan meningkatkan patroli di daerah tersebut.
Menurut pihak berwenang di Georgia, banyak dari korban adalah wanita keturunan Asia. Kepala Polisi Atlanta Rodney Bryant menerangkan tiga orang tewas di sebuah tempat spa di timur laut Atlanta. Orang keempat tewas di spa lain di seberang jalan. "Tampaknya mereka perempuan Asia," katanya. Dua dari korban tewas dan tiga dibawa ke rumah sakit di mana dua dari mereka juga meninggal, terang polisi.
Rasisme Meningkat
Sebelumnya, rasisme anti-Asia meningkat di AS. Kasus serangan dan kekerasan rasial terhadap orang Asia-Amerika melonjak sejak dimulainya pandemi Covid-19 yang menewaskan puluhan ribu orang. Warga Asia-Amerika dikaitkan dengan retorika yang menyalahkan mereka karena penyebaran Covid-19. Hal ini sebetulnya sudah diperingatkan oleh FBI pada awal wabah Covid-19 di AS lalu.
Seperti dilansir dari Newsweek dan New York Times, sederet kasus serangan yang dialami warga Asia-Amerika. Mulai diteriaki komentar rasis hingga ditembak mati.
Di bulan April 2020, wanita bernama Yen Yen Pong (37) diteriaki oleh orang asing tanpa masker di Queens, Amerika Serikat. Pria yang tidak diketahui identitasnya itu meneriakkan komentar rasis tentang virus COVID-19. Setelah Pong mencoba mengambil fotonya, pria itu mengambil ponselnya dan menghancurkannya di trotoar.
Pong, yang bekerja di sebuah perusahaan manajemen aset, mengatakan bahwa menurutnya wanita Asia-Amerika sangat berisiko mendapatkan serangan.
Pendapat Pong didukung sebuah pengamatan dari Stop AAPI Hate yang menunjukkan bahwa wanita Asia-Amerika di New York disapa tiga kali lebih sering daripada pria.
"Nomor satu, saya orang Asia. Nomor dua, saya seorang wanita, "kata Ms. Pong. "Apa yang membuat saya menjadi target yang lebih baik dari itu?"
Pada Juli 2020, insiden serupa juga dialami Crisanna Tang, saat sedang naik kereta bawah tanah untuk bekerja di New York City, AS. Saat itu, seorang pria bermasker meludahinya dan berteriak bahwa orang China telah menyebabkan virus. "Tidak ada penumpang lain yang turun tangan," kata Tang.
"Saya seperti, 'Ya Tuhan, saya tidak percaya ini benar-benar terjadi pada saya,'" imbuh wanita berusia 31 tahun, asisten ahli patologi di Jacobi Medical Center.
Ditonjok & Didorong
Dalam laporan TIME pada 28 Januari lalu, bahwa seorang pria lanjut usia (lansia) keturunan Thailand, Vicha Ratanapakdee, didorong ke tanah saat berjalan pagi hari di San Francisco, California. Kakek berusia 84 tahun itu meninggal dunia dua hari kemudian. Pelaku penyerangan, yang diidentifikasi sebagai Antoine Watson (19), telah ditangkap dan didakwa atas pembunuhan dan penganiayaan.
Kejadian serupa juga dialami pada 16 Februari lalu.
Seorang wanita keturunan Asia didorong ke tanah di sebuah jalanan padat di Flushing, Queens, New York. Wanita berusia 52 tahun itu didorong ke tanah dan dirinya jatuh. Kepalanya membentur kotak kios koran dan dilarikan ke New York-Presbyterian Queens. Wanita itu mengalami luka di dahinya hingga harus mengalami sekitar 10 jahitan.
Pelakunya adalah seorang pria bernama Patrick Mateo (47) berhasil ditangkap oleh polisi. Dia menghadapi tuduhan penyerangan dan pelecehan namun akhirnya dibebaskan.
Saat The New York Times menghubungi Mateo, dia mengatakan mulai berdebat dengan wanita itu setelah sang wanita terlalu dekat dengannya dalam antrean di sebuah toko roti. Wanita itu kemudian menyerangnya dengan tongkat.
Melalui pesan singkat, Mateo mengatakan kepada wanita itu, "Anda berada di Amerika... BUKAN CHINA! Tolong beri saya ruang dengan virus corona," katanya.
Seorang pria asal Malaysia ditonjok seseorang tak dikenal di luar pintu masuk sebuah stasiun kereta bawah tanah, East Broadway F, tidak jauh dari area Pecinan di Manhattan, New York. Serangan terjadi pada Selasa (2/3/2021) malam, sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
Dalam sebuah rekaman CCTV, Teoh Ming Soon (56), seorang pekerja konstruksi yang sudah 20 tahun tinggal di AS, ditonjok oleh seseorang tak dikenal saat dalam perjalanan pulang. Menurut laporan, Soon mengalami luka memar di mata bagian kiri dan luka-luka di bibirnya.
Terlihat, pelaku penyerangan tampaknya menunggu di pintu masuk stasiun sebelum Soon datang mendekat dan menyerangnya. Pelaku kemudian terlihat berjalan menuruni tangga menuju kereta bawah tanah. Pelaku penyerangan yang tampak memakai masker, masih dalam perburuan polisi setempat hingga saat ini. (det/cnni)
No comments:
Post a Comment