An excerpt from our Book “Sons of Abraham: issues that divide Jews and Muslims”.
All these years later, I can still remember what my Kyai told me before we left Indonesia. He said he could not guarantee me an easy journey or an easy life, but he had done all he could to prepare me. He reminded me about our life in the Pesantren, and how going abroad, being able to study in Pakistan, my ability to speak two important foreign languages, both Arabic and English, just having our education was a privilege.
He said, “you have every tool possible that I could arm you with: patience, wisdom, exercise. You know how to use your heart when you judge something, not just your intellect. And he said- and I remember so clearly- “you have learned not only knowledge, but you have learned life”.
(Chapter One “A Son of Soil”- Imam Shamsi Ali)
Kutipan dari buku kami: “Anak-Anak Ibrahim: isu-isu yang memisahkan dan menyatukan Yahudi dan Islam”.
Setelah bertahun-tahun kemudian, saya dengan jelas masih mengingat apa yang disampaikan kepada saya oleh Kyai sebelum meninggalkan Indonesia. Beliau mengatakan, beliau tidak menjamin kemudahan bagi perjalanan hidup saya kelak. Tapi beliau telah melakukan segalanya untuk mempersiapkan saya untuk melalui perjalanan panjang itu.
Beliau mengingatkan saya tentang kehidupan di pesantren, dan bagaimana saya bisa keluar negeri, dapat belajar di Pakistan, mampu berbahasa dengan dua bahasa utama dunai: Arab dan Inggris.
Mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan bagi saya adalah sebuah kehormatan. Beliau menyampaikan: “semua hal yang kamu perlukan kelak telah saya berikan padamu: kesabaran, kebijakan, dan kekuatan. Kamu pastinya tahu bagainana menggunakan hatimu ketika menilai tentang sesuatu, bukan hanya dengan akalmu.”
Dan beliau lebih lanjut berkata- ini yang saya ingat dengan jelas: “kamu telah belajar banyak, bukan hanya keilmuan, tapi kehidupan itu sendiri”.
(Bab Satu “Anak Desa” - Imam Shamsi Ali)
No comments:
Post a Comment