JAKARTA (DutaJatim.com) - Status gender Sersan Dua (Serda) TNI Aprilia Manganang hingga saat ini masih menjadi pembicaraan publik. Pasalnya, atlet bola voli putri Indonesia yang saat ini menjadi anggota Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad) itu berbadan kekar seperti pria. Namun, akhirnya jati diri Aprilia terkuak juga. Sang atlet ternyata seorang laki-laki yang memiliki kelainan yang sangat langka.
Aprilia sempat membela Timnas Bola Voli Indonesia untuk ajang SEA Games 2015 SIngapura. Saat itu, fisik Aprilia yang sangat kekar dan terlihat seperti seorang pria, membuat Timnas Bola Voli Filipina melayangkan protes kepada panitia. Timnas Bola Voli Filipina menganggap bahwa Timnas Bola Voli Indonesia membawa seorang pria dalam timnya. Aprilia pun jadi sasaran cemooh fans Timnas Bola Voli Indonesia, meskipun dia sama sekali tak mempedulikannya.
Setelah direkrut oleh TNI Angkatan Darat pada 2016, Aprilia Manganang pun masuk dalam Korps Wanita TNI Angkatan Darat dengan pangkat Sersan Dua (Serda) TNI. Namun siapa sangka, awal Februari 2021 lalu identitas gender Aprilia yang sebenarnya terkuak.
Untuk itu Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa, memberi penjelasan soal status Aprilia. Jenderal Andika mengaku mendapatkan informasi dari komandan tempat satuan Aprilia bertugas. Saat dilakukan pengecekan di Rumah Sakit TNI Angkatan Darat Robert Wolter Monginsidi, ada indikasi bahwa Aprilia sebenarnya adalah seorang pria.
Namun demikian, akibat keterbatasan peralatan yang ada di rumah sakit tersebut, maka Aprilia pun dibawa ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta. Hal ini dilakukan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
"Hari ini saya ingin menyampaikan tentang salah satu prajurit TNI AD yaitu Serda Aprilia Santini Manganang. Aprilia Manganang ini tidak seberuntung kita semua. Jadi saat dilahirkan anak ini memiliki kelainan pada sistem reproduksinya. Dalam terminologi kesehatan disebut Hipospadias," kata Andika dalam keterangannya kepada wartawan di Mabes TNI AD di Jakarta Selasa 9 Maret 2021.
Dengan keterbatasan Rumah Sakit Angkatan Darat R.W. Monginsidi, akhirnya Kasad Andika Perkasa memutuskan untuk memanggil Aprilia ke Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan lebih jauh lagi. Menurut Jenderal Andika, kasus kelainan seperti yang dialami prajurit Komando Daerah Militer (Kodam) Merdeka itu sering terjadi. Bahkan menempati peringkat kedua dari jumlah kasus yang terjadi untuk kelahiran bayi laki-laki.
"Menurut data saat ini, di setiap 250 bayi laki-laki yang lahir itu ada satu yang mengalami kelainan Hipospadia, atau empat orang per seribu bayi laki-laki yang lahir," kata Jenderal Andika.
Perlu diketahui Hipospadia merupakan kondisi kelainan bawaan yang relatif jarang saat lubang pipis penis pada bagian bawah organ. Dan kelainan ini biasanya menimpa bayi yang keluarganya memiliki riwayat kelainan serupa.
Di beberapa kasus penis kemungkinan bengkok ke bawah, sehingga bayi menyemprot ke bawah ketika buang air kecil. Sehingga penderita dikira wanita bagi yang tidak mengetahuinya. Untuk mengembalikan fungsi organ vital si penderita, tindakan medis yang dilakukan biasa melalui jalan pembedahan alias operasi. Dan hanya bisa dilakukan saat penderita berusia 18 bulan.
Selain itu, kondisi keluarga Aprilia yang serba kesulitan membuat kedua orang tuanya termasuk dia sendiri pun tak tahu kelainan yang dialaminya itu.
Jenderal Andika Perkasa juga mengungkap mengapa kebenaran ini baru terungkap sekarang. Dikatakan, ayah Aprilia adalah seorang buruh perkebunan bernama Akib Zabrud Manganang. Sementara sang bunda hanya seorang asisten rumah tangga bernama Suryati. Kedua orang tua Aprilia juga memiliki pendidikan yang minim. Akib hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), sementara istrinya Suryati malah tak tamat SD.
Saat Suryati melahirkan Aprilia, Akib tidak memanggil dokter atau bidan. Andika menyebut bahwa proses kelahiran Aprilia dibantu oleh tenaga para medis, atau menggunakan jasa dukun beranak.
"Kebetulan ayah dari anak ini bernama Akib Manganang, pekerjaannya adalah buruh perkebunan. Ibunya yang bernama ibu Suryati itu juga pekerjaannya waktu itu sebagai asisten rumah tangga," ucap Andika.
"Ayah dari anak ini hanya lulus dari sekolah dasar. Ibunya kebetulan tidak menyelesaikan sekolah dasar. Jadi, pada saat dilahirkan anak ini, yang membantu persalinan adalah para medis," katanya.
Karena dibantu oleh para medis, maka pengetahuan tentang kelainan Hipospadia ini tidak diketahui. Bahkan hingga Aprilia beranjak dewasa, hingga akhirnya bergabung dengan Korps Wanita TNI Angkatan Darat.
Baik para medis yang membantu persalinan putrinya, Akib dan Suryati juga menganggap secara fisik bahwa Aprilia adalah seorang perempuan. "Nah inilah yang kemungkinan membuat para medis atau orang tua pada saat kelahiran anak ini melihat hanya secara fisik bahwa anak yang dilahirkan adalah anak perempuan," ujar Andika.
Aprilia Bahagia
Sementara itu, Aprilia Manganang sendiri, yang tampil secara virtual, mengaku sangat bahagia atas bantuan yang diberikan TNI AD. "Ini momen yang sangat saya tunggu Bapak. Saya bahagia banget. Puji Tuhan Yesus saya bisa lewati ini dan saya sangat bersyukur Tuhan pakai Bapak dan Ibu untuk mempertemukan saya," kata Manganang secara virtual di Mabes AD, Jalan Veteran, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (9/3/2021).
Manganang mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantunya. Bantuan ini, sebutnya, merupakan keinginannya sejak dulu yang akhirnya tercapai. "Saya berterima kasih ke dokter yang sudah membantu saya. Saya sangat bahagia selama 28 tahun saya menunggu keinginan saya dan akhirnya tahun ini bisa tercapai. Izin terima kasih, Bapak," tutupnya. (vvn/hud)
No comments:
Post a Comment