LAMONGAN (DutaJatim.com) - Para guru dan kepala sekolah SMK di Jatim menyambut gembira kebijakan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim menetapkan program jumlah sekolah menengah sebanyak 70% SMK dan 30% SMA. Sebab, untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil harus melahirkan banyak lulusan yang siap kerja sesuai kebutuhan dunia industri.
"Ya, seharusnya memang gitu, 70% SMK dan 30% SMA untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Sementara ini belum mencapai persentase itu, maka ada program double track di SMA. Hal itu untuk mempercepat lagi. Bahkan perlu ada kebijakan menjadikan SMA dijadikan SMK. Saya sangat setuju program ini," kata Kepala SMKN 2 Lamongan Drs. Matekur, M.Pd,MT, kepada DutaJatim.com Rabu 17 Maret 2021.
Berita Terkait: Jatim Targetkan 70% SMK 30% SMA, Perusahaan Membantu Diberi Keringanan Pajak
Seperti diberitakan sebelumnya, di jenjang pendidikan Tingkat Atas, Pemprov Jawa Timur (Jatim) mempunyai program untuk memperbanyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dibandingkan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini disebabkan, karena sebagian besar para lulusan SMA tidak meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi. Keaadaan ini, dinilai kurang strategis bila dilihat dari kesiapan tenaga kerja yang ada.
“Menurut penelitian, sekitar 67% lulusan SMA di Jatim tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan perguruan tinggi. Mereka ini langsung mencari kerja. Lulusan SMA kan belum siap kerja, karena tak punya keterampilan, sehingga repot juga. Nah ini kan susah untuk terserap di dunia kerja kalau tak punya keterampilan,” kata Dr. Ir. H. Wahid Wahyudi Maolan, MT, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jatim di sela-sela menerima Pengurus Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur di ruang kerjanya, Rabu (17/3/2021).
Menurut Matekur, Pemerintah sudah sangat memperhatikan keberadaan SMK. Bahkan sudah ada SMK Centre of Excellent (COE) , SMK Pengampu, SMK kelas industri, SMK BLUD, dan lain-lain di mana semua diihtiarkan untuk meningkatkan kualitas lulusannya.
"Perhatian Pemprov Jatim ke SMK sudah sangat bagus. Sekarang ada SMK COE, SMK yang ada di pesantren, SMK pengampu, SMK kelas industri, SMK BLUD, dll. Setiap saat ada perekrutan yang dilaksanakan oleh BKK (Bursa Kerja Khusus) di sekolah masing-masing. Siswa SMK sudah banyak yang masuk PTN lewat jalur undangan," kata guru yang sempat 11 bulan menjadi Plt Kepala SMKN 1 Lamongan ini.
SMK juga mendapat bantuan pemerintah untuk mempercanggih sekolah kejuruan tersebut. Misalnya untuk SMK di Lamongan ada bantuan Ruang Praktik Siswa (RPS), bantuan peralatan praktik, bantuan SMK Mini di pondok pesantren, penguatan kepala sekolah, diklat GTK, bantuan SMK COE, bantuan SMK BLUD, bantuan SMK Pengampu, bantuan rehab gedung dan fasilitas penunjang, bantuan mebelair yang bagus, bantuan media pembelajaran layar monitor dengan os ganda, termasuk yang melalui program OPOP (one pesantren one product).
Salah satu yang mendapat bantuan COE adalah SMKN 1 Lamongan. Matekur sendiri ikut mendesain proses pengajuan SMKN 1 Lamongan menuju SMK COE. Bantuan itu berupa gedung megah setara dengan hotel bintang 3 yang diresmikan tanggal 4 Maret 2021 oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Dr Ir Wahid Wahyudi MT. Bangunan itu diberi nama edOTEL untuk memenuhi kebutuhan siswa jurusan perhotelan. "Saya bangga ikut membuat SMKN 1 Lamongan jadi megah seperti sekarang karena saya alumni sekolah ini saat masih SPG dulu," katanya.
Di tempat terpisah, Kartamun, guru SMKN 1 Banyuwangi, juga sangat mendukung program itu. Apalagi rintisan program ini sudah lama sehingga perlu ada percepatan untuk mewujudkannya.
"Sekitar 10 tahun terakhir banyak bermunculan SMK kecil dari lingkungan pondok. Untuk pendidikan vokasi sepertinya memang ada perhatian lebih dari Pemerintah. Ada program revitalisasi. Sekarang yang sudah jalan CoE ( centre of excellent). Dan yang sedang proses pengajuan atau usulan adalah SMK Pusat Keunggulan atau SMK PK," katanya kepada Global News Rabu 17 Maret 2021.
Dia melihat banyak siswa lulusan SMK memiliki keterampilan yang dibutuhkan dunia industri. Sedang lulusan SMA tidak banyak melanjutkan ke perguruan tinggi, sementara untuk masuk dunia kerja masih minim keterampilan. "Sekarang skill jadi utama. Lulusan SMKN 1 Banyuwangi sendiri banyak meraih prestasi dan banyak pula yang diterima di berbagai industri," katanya. (gas)
No comments:
Post a Comment