SURABAYA (DutaJatim.com) - PT Bank Maspion Indonesia Tbk bakal menambah modal melalui skema Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu II (PMHMETD II) alias right issue sebanyak 2,3 miliar (tepatnya 2.285.792.296) lembar saham baru atau 33,97% dari modal disetor perseroan. Ini mengacu pada ketentuan POJK 32/2015 Juncto POJK 14/2019.
Itulah hasil Rapat Umum Pemagang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Maspion yang digelar, Kamis (8/4/2021) siang, di Fave Hotel MEX Building Lantai 7, Surabaya. Saham-saham yang akan dikeluarkan oleh perseroan tersebut adalah saham atas nama dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Saham baru tersebut akan memiliki hak yang sama dengan saham yang dikeluarkan sebelum dikeluarkan PMHMETD II. Termasuk hak atas dividen, kata Drs. Ec. Herman Halim MBA, Dirut Bank Maspion, seusai pelaksanaan RUPSLB.
Menurut Herman, sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (3) POJK 32/2015, jangka waktu antara tanggal persetujuan RUPSLB atas rencana PMHMETD II sampai dengan efektifnya pernyataan pendaftaran tidak lebih dari 12 bulan. Perseroan berencana untuk melaksanakan penambahan modal dalam 12 bulan tersebut.
Herman mengatakan, PMHMETD II ini diharapkan dapat memperkuat permodalan perseroan, serta mendukung kegiatan usaha. Dengan demikian, kebijakan ini bakal berdampak positif kepada pemegang saham. Peningkatan modal itu penting, agar perseroan dapat meningkatkan penyaluran jumlah kredit atau pinjaman, atau investasi lainnya, kata Herman.
Catat Laba Rp 90 M
Sementara itu, Alim Markus, selaku pemegang saham pengendali Bank Maspion mengatakan, pihaknya merasa bangga dengan bank yang berkantor pusat di Surabaya. Meski ada pandemi, PT Bank Maspion Indonesia Tbk masih mampu mempertahankan kinerja sepanjang 2020. Bank dengan kode saham BMAS ini mencatatkan laba tahun berjalan sebelum pajak sebesar Rp 90 miliar pada tahun lalu.
Aset naik 33,55% secara year on year (yoy) dari Rp 7,57 triliun menjadi Rp 10,11 triliun. Kenaikan aset seiring dengan melonjaknya penyaluran kredit 26,36% you dari Rp 5,46 triliun menjadi Rp 6,90 triliun di 2020.
“Yang cukup membangggakan, yakni kredit investasi naik 40,98% dari Rp 1,14 triliun menjadi Rp 1,61 triliun, kredit modal kerja naik 24,82% yoy dari Rp 4,06 triliun menjadi 5,07 triliun. Sedangkan kredit konsumsi mengalami penurunan dari Rp 256 miliar menjadi Rp 219 miliar, lanjut Herman Halim.
Adapun DPK juga tumbuh 41,27% you dari Rp 5,8 triliun di 2019 menjadi Rp 8,2 triliun di 2020. Hal ini ditopang oleh lonjakan deposito yang naik 53,24% menjadi Rp 6,5 triliun. Sedangkan tabungan tumbuh 17,84% menjadi Rp 1,01 triliun dan giro turun 2,43% menjadi Rp 683 miliar.
Rasio keuangan BMAS di 2020 menunjukkan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) di level 16,56%, turun dibandingkan 2019 di level 20,19%. Sedangkan return on asset (ROA) turun dari 1,13% menjadi 1,09% pada tahun lalu. Namun, return on equity (ROE) meningkat dari 5,11% menjadi 5,65% pada 2020.
Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) Bank Maspion turun dari 4,14% pada tahun 2019 menjadi 3,48% di 2020. Sedangkan loan to deposit ratio (LDR) melandai dari 94,13% menjadi 84,18%. Untuk non performing loan (NPL) gross menurun dari 2,34% menjadi 1,93%. Begitupun untuk NPL net yang turun dari 2,27% dari 1,68%. (fan)
No comments:
Post a Comment