JAKARTA (DutaJatim.com) - Para diaspora Indonesia di Korea Selatan menggelar webinar bertajuk Strategi Pengembangan Produk UMKM Indonesia berorientasi Ekspor ke Korea Selatan Sabtu, 26 Juni 2021 sore. Webinar ini, menurut Ira Damayanti, Ketua Umum ID SEED (Indonesia Diaspora SME Export Empowerment Development) yang juga Direktur SME Export IDN-U, bertujuan membantu program pemerintah dalam meningkatkan volume ekspor produk-produk unggulan Indonesia dan memberikan gambaran mengenai peluang perdagangan antara Indonesia dan Korea bagi semua WNI sebagai pelaku ekspor dan impor. Webinar yang digelar diaspora Indonesia di Korea ini digelar online dan terbuka untuk umum.
Para narasumber yang tampil adalah Ira Damayanti sendiri, Reandhy Putera Dharmawan (Director of Indonesian Trade Promotion Center Busan--ITPC), Tengku Irham (Direktur Skytrade Goorita), Julio (CEO dan Founder Komunitas Bisa Ekspor), Dimas Harris Sean Keefe (Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Korea Selatan) dan Roni Rahman (Representatif IDN-U Chapter Korea) sebagai moderator.
Ira Damayanti sendiri selaku Ketua Umum ID SEED (Indonesia Diaspora SME Export Empowerment Development) sudah banyak membantu UMKM di Indonesia untuk mengembangkan pasar dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, khususnya swasta dan BUMN. Misalnya dengan Pertamina. Misalnya dia terlibat dalam Pertamina SMEXPO 2020 yang berhasil membuka akses pasar untuk UMKM Indonesia. Mitra Binaan Pertamina yang menjadi peserta dalam ajang itu mencatatkan potensi transaksi hingga Rp 9,3 miliar baik dari transaksi ritel dan forum bisnis.
Ira Damayanti selaku Ketua Umun ID SEED yang menjadi mediator dalam one on one business matching pada forum bisnis antara UMKM Mitra Binaan Pertamina dan potential buyer saat itu menyatakan bahwa potensi transaksi tersebut berasal dari permintaan produk di antaranya produk herbal, makanan, fashion dan craft.
Selanjutya, menurut Ira, ID SEED akan melakukan pendampingan kepada para Mitra Binaan. "Pendampingan dapat dilakukan pada proses produksi atau pun pada tahap kemasan, labelling dan pembuatan marketing tools berbahasa Inggris. Selain itu, secara paralel sertifikasi internasional dilakukan sesuai permintaan buyer, khususnya untuk produk F & B yang wajib memiliki HACCP," kata Ira.
Tahapan pendampingan intensif dilakukan dengan target yang telah ditentukan. Bagi yang sudah pernah ekspor, bisa dilakukan pendampingan untuk perluasan pasar yang baru. Pendampingan intensif berupa pelatihan peningkatan kualitas dan kapasitas dilakukan minimal 3 - 6 bulan. Lalu, dilanjutkan dengan pelatihan kemasan 1 bulan dan adaptasi pasar selama 6 bulan. "Terakhir, barulah persiapan untuk korespondensi dengan potensial buyer," imbuhnya.
Ira berharap, peserta SMEXPO Pertamina 2020 pada tahun 2021 ini sudah dapat melakukan ekspor seluruhnya. Tercatat, potensial transaksi pada Bisnis Forum lalu sebesar Rp 9,29 miliar. Dan diharapkan pada tahun 2021, transaksi realnya bisa mencapai 2 atau 3 kali lipat.
Potensi transaksi ekspor terbesar antara lain dari potensi penjualan Hitara Black Garlic dengan nilai potensi transaksi sekitar Rp 2 miliar dengan tujuan ekspor Prancis, Inggris, Afrika Selatan dan Australia. Posisi kedua ditempati penjualan batik dengan nilai potensi transaksi mencapai Rp 1,7 miliar. Adapun tujuan ekspor produk batik ini adalah Jerman, Singapura, Australia, Qatar dan Dominika.
Selain itu kerajinan tenun juga banyak diminati para importir mancanegara yang mencatatkan potensi transaksi bisnis Rp 1,15 miliar dengan negara tujuan ekspor Jerman, Australia dan Dominika. Selain tenun, produk kerajinan tangan juga banyak diminati buyer mancanegara yang mencatatkan potensi transaksi Rp 1 miliar dengan tujuan ekspor Amerika, Australia, Prancis dan New Zealand. Ada juga kerajinan bordir yang meraih potensi transaksi bisnis Rp 750 juta dengan tujuan ekspor Arab Saudi, Australia dan Jerman. (gas/cbni)
No comments:
Post a Comment