HANY WHITE mewawancarai Vera dan Rudi yang pernah tertipu investasi bodong di Amerika Serikat. (CHANNEL YOUTUBE SYARIF SYAIFULLOH) |
Sebanyak 70 orang diaspora melaporkan tiga orang WNI ke KBRI Washington DC atas tuduhan penipuan berkedok investasi. Sebanyak 40 diaspora juga melaporkan tiga WNI yang sama dengan tuduhan serupa ke aparat kepolisian setempat. Tiga orang yang dilaporkan adalah diaspora berinisial IJ dan TJL warga Tangerang dan FM. Mereka kini tinggal di Amerika Serikat.
Oleh Gatot Susanto
SEBANYAK 110 pelapor itu diduga sebagian dari sekitar 300 orang menjadi korban penipuan berkedok investasi bodong di Amerika Serikat. Korbannya selain diaspora Indonesia di negeri Paman Sam juga ada warga Amerika Serikat sendiri. Kerugiannya diperkirakan mencapai 5 miliar dolar AS.
"Kita melapor ke Precinct 110 - Queens , NY. Dan setiap korban kita sarankan untuk melaporkan ke polisi setempat di mana mereka tinggal selain ke pihak KJRI setempat. Juga ke KBRI Washington DC, KJRI NY, dan KJRI seluruh USA," kata pendamping para korban yang tak mau disebut namanya kepada DutaIndonesia.com dan DutaJatim.com kemarin. Sang pendamping hanya minta disebut namanya dengan inisial FA. Dia juga tidak mau menyebut nama 110 korban tersebut dengan alasan keamanan.
Mengutip Channel Youtube Syarif Syaifulloh Official, Brigjen Pol Ary Laksmana Widjaja, Atase Polri KBRI Washington DC, membenarkan bahwa beberapa WNI melaporkan dugaan menjadi korban penipuan ala ponzis games, semacam bisnis ponzi model piramida. Intinya pelaku mencoba mengumpulkan dana dari masyarakat dengan janji atau iming-iming interest atau profit yang cukup menarik. "Inilah mengapa banyak yang diiming-imingi ikut bisnis ini," katanya.
Pelaku, kata dia, menanyakan apakah Anda mempunyai uang untuk diinvestasikan ke pihaknya di mana uang itu akan diputar dan penanam modal akan mendapat interest atau profit yang menarik. Jumlah profit keuntungan itu jauh di atas yang ditawarkan oleh perbankan atau jasa keuangan lainnya. Misalnya menanamkan modal 10 ribu dalam satu bulan diberi keuntungan 3 ribu. Tentu ini luar biasa. Namun sebenarnya sebagai orang awam tawaran itu sudah harus diantisipasi. Sebab tidak masuk akal.
"Kita tahu WNI di Amerika berharap memperbaiki nasib agar lebih baik sehingga tawaran semacam itu, mendapat iming-iming, sehingga mau. (Awalnya) satu orang, dua, tiga, dan berkembang," katanya seperti dilihat Rabu 2 Juni 2021.
Pelaku pun meyakinkan korban. Misalnya saat bertemu Pak Tani (sebutan untuk diaspora Syarif Syaifulloh, yang mewawancara Brigjen Ary, Red.), pelaku akan bilang, Pak Tani mempunyai 10 ribu, nanti setiap bulan diberi keuntungan 2 ribu. Pak Tani tentu berpikir, kira-kira tawaran ini meyakinkan apa ndak ya?
Pak Tani menjawab, bahwa dia hanya bisa menyiapkan uang tiga bulan, setelah itu modalnya harus dikembalikan. Artinya, tiga bulan diberi untung 6 ribu, di bulan terakhir uang 10 ribu akan dikembalikan. Padahal uang keuntungan 2 ribu itu sebenarnya diambilkan dari uang 10 ribu milik Pak Tani sendiri. Di bulan kedua juga begitu.
Selanjutnya, di bulan ketiga sebelum membayar uang ke Pak Tani, pelaku akan mencari korban lain. Dia mengatakan hal yang sama. Calon korban berpikir karena ragu. Pelaku lalu bilang kalau tidak percaya bisa menanyakan kepada Pak Tani. Dan, tentu saja Pak Tani membenarkan sebab dia memang diberi keuntungan tersebut. "Sehingga Pak A (calon korban lain) menerima tawaran itu, sehingga (pelaku) mendapat uang lagi dan seterusnya," katanya.
Dalam channel Youtube yang sama, Syarif atau Pak Tani juga menampilkan wawancara Hany White dengan suami istri Rudi dan Vera yang sebelumnya juga menjadi korban penipuan dengan modus yang sama. Rudi dan Vera yang masuk Amerika Serikat tahun 2006 juga kena bujuk rayu investasi bodong mencapai 100 dolar. "Saya tertipu banyak sekali. Dibantu teman-teman, dibantu Mbak Hany White, dan doa, akhirnya orangnya tertangkap," kata Vera.
Hidup Glamor
Sementara itu FA, yang berasal dari Surabaya dan kini tinggal di New York, mengatakan, bahwa dugaan kerugian akibat kasus penipuan yang dilakukan diaspora berinisial IJ dan TJL warga Tangerang dan FM yang tinggal di Amerika ini mencapai 5 miliar dolar AS. Para korban dijerat dengan bujuk rayu agar menanamkan modalnya di perusahaan investasi travel--khususnya penjualan tiket pesawat murah--dengan iming-iming bunga sangat tinggi.
"Bunga yang dijanjikan 100%. Sekarang FBI turun tangan," ujarnya.
Seperti kasus-kasus investasi bodong yang sudah terungkap di tanah air, modus yang dilakukan IJ dan TJL adalah gencar merayu korban dengan keuntungan besar. Para nasabah pun tergiur sebab banyak yang memberikan testimoni tentang enaknya bergabung dalam bisnis di bawah naungan PT GT yang dipimpin TJL dan PT ET di bawah pimpinan IJ.
Saat awal bergabung keuntungan nasabah dibayar secara penuh dan teratur sehingga mereka pun senang. Selanjutnya mereka yang merasa mendapat keuntungan banyak ini memberikan testimoni. Bahkan mereka mengajak calon nasabah lain sehingga jumlahnya semakin banyak. "Dulu suka pamer keuntungan dan mengajak bergabung tapi sekarang diam saja saat kejadian seperti ini. Yang testimoni ini bisanya keluarga atau sahabat pelaku," kata FA.
Dia mengatakan, pelaku intens merayu korban. Modusnya setiap hari menelepon korban dengan mengatakan bahwa bergabung di bisnis ini enak tidak perlu bekerja keras tapi mendapat keuntungan besar. Pelaku juga memamerkan hasil yang didapat dari bisnis ini. Misalnya dia memamerkan telah membeli rumah dan mobil di Indonesia. Pelaku juga bergaya hidup mewah, sehingga diduga uang nasabah banyak digunakan untuk memenuhi gaya hidup glamornya tersebut.
Para nasabah, kata dia, setor uang mulai 10.000 dolar AS, 12.000 dolar AS, 50.000 dollar, dan ada yang lebih besar lagi. Namun lama kelamaan, seperti tragedi keuangan model skema ponzi lain, akhirnya pembayaran keuntungan ke nasabah tersendat. Yang tragis, kemudian macet total. Para nasabah pun kelimpungan. Saat ini mereka berjuang agar uang yang disetor ke IJ dan TJL bisa kembali.
"Mereka melaporkan kasus ini ke FBI, FTC (Faderal Trade Commission), Atpol KBRI Washington DC, serta KJRI New York dan Houston," katanya.
Sama dengan FA, salah seorang diaspora di Kota New York, Mustari Siara, saat dihubungi, membenarkan saat ini sedang heboh berita kasus penipuan dengan modus investasi bodong tersebut. Hampir semua diaspora membicarakannya. Termasuk di grup-grup media sosial. Mustari Siara tidak menjadi korban penipuan ini. Begitu pula dengan FA mengaku lolos dari jeratan bujuk rayu IT dan TJL. Dua orang yang dituduh sebagai pelaku juga dikenalnya karena sering membantu acara bazar yang diadakan WNI di Amerika.
FA mengaku tidak mudah dirayu agar gabung investasi dengan keuntungan besar sebab sejak awal dianggap tidak masuk akal. "Saya memang tipe orang yang tidak mudah percaya dengan orang lain, apalagi untuk bisnis model ponzi scheme ini. Kasus ini juga gara-gara Covid-19, sehingga banyak uang nasabah tidak terbayarkan. Bisnisnya memang travel tapi diduga bohong. Khususnya tiket pesawat, mungkin harganya murah sedikit, tapi kalau di-cancel atau delay, dia tidak mau bertanggung jawab," katanya.
FA saat ini banyak menerima pengaduan dari para korban. Saat ini banyak korban memberikan data untuk kemudian dijadikan bahan laporan ke otoritas setempat dan KBRI. Dia dibantu J. Tan dan Telly untuk mengumpulkan data sekaligus kerugian yang diakibatkan bisnis haram IJ dan TJL tersebut.
Terkait hal itu, mengutip dari channel Youtube Syarif Syaifulloh Official, Brigjen Pol Ary Laksmana Widjaja, atase Polri KBRI Washington DC, berpesan agar WNI berhati-hati jika ada pihak yang pada situasi ini langsung menawarkan diri membantu menyelesaikan masalah ini.
"Segera melaporkan diri ke Kepolisian Federal (FBI) atau ke kepolisian setempat (khususnya yang domisili di NYC, sama dengan domisili pelaku). Para nasabah (korban) segera membentuk kelompok bersama untuk mendata semua laporan yang sudah disampaikan kepada Kepolisian, dan berapa besar kerugian masing-masing. Tunjuk salah satu korban untuk menjadi koordinator (CP). " Kirimkan data tersebut ke saya (KBRI WDC) atau melalui KJRI setempat," katanya. (*)
No comments:
Post a Comment