Warga mengambil paksa jenazah Covid-19. (kompas.com) |
JEMBER (DutaJatim.com) – Tiga dari delapan petugas pemakaman menjadi sasaran amukan massa warga Desa Jatian, Kecamatan Pakusari, Kab. Jember. Selain itu terjadi perebutan paksa jenazah disertai perusakan mobil ambulans dilakukan oleh warga Desa Pace, Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Kemudian, di Kabupaten Bondowoso ada kejadian aksi ratusan warga yang tiba-tiba mendatangi Puskesmas Pujer untuk mengambil paksa jenazah pasien meninggal dunia dengan vonis medis terjangkit COVID-19.
Rentetan peristiwa tersebut mengiringi lonjakan gila-gilaan penularan corona virus yang terus meningkat di Jember maupun Bondowoso seperti halnya kondisi umum se-Indonesia. Per tanggal 25 Juli 2021, Jember mencatat total 10.522 warga terinfeksi COVID-19, dan Bondowoso jumlah keseluruhan terkonfirmasi COVID-19 sudah sebanyak 4.933 orang pada tanggal 26 Juli 2021.
Walaupun warga melakukan tindakan anarkis dan berpotensi pidana, tapi tanpa ada yang berlanjut ke proses hukum. Sepertinya, fenomena kekerasan cenderung dimaklumi dengan alasan menilai berbagai reaksi warga adalah bentuk kejumudan atas situasi pandemi yang tingkat penularannya semakin bar-bar.
Pemakluman seperti yang dilakukan Plt Kepala BPBD Jember Jamil dengan memilih memaafkan para pelaku aniaya terhadap petugas pemakaman. Padahal, mulanya ia ingin agar polisi bertindak tegas.
Pertimbangannya, karena warga dianggap terprovokasi dan pihak keluarga pasien meminta maaf meski tidak turut menganiaya.
“Teman-teman BPBD Jember memaafkan mereka. Semoga tidak terulang kembali. Sebaliknya, kami juga meminta maaf kepada mereka. Kami memahami situasi warga saat itu,” ucap Jamil Senin, 26 Juli 2021 merespon insiden di Desa Jatian yang terjadi pada Sabtu, 17 Juli 2021.
Sedangkan, dua hari lalu kejadian perebutan paksa jenazah di Desa Pace menimbulkan kerusakan ambulans RS Bina Sehat juga belum tampak adanya reaksi dari pihak rumah sakit milik mantan Bupati Jember, Faida, itu untuk melangkah ke ranah hukum.
Adapun kerusuhan di Bondowoso pada Minggu, 25 Juli 2021 dikatakan oleh Kepala Puskesmas Pujer, Widjajanto bahwa aksi massa terpengaruhi oleh isu-isu tidak benar yang tersebar secara liar.
Muncul berbagai kabar di media sosial yang menuding petugas medis sengaja memberi vonis COVID-19 terhadap pasien.
“Padahal, memang pasien sudah terkonfirmasi positif COVID-19. Kondisinya sudah parah dengan komorbid penyakit jantung. Mungkin terpengaruh dari media-media sosial itu, keluarganya datang dengan membawa massa,” tutur Widjajanto.
Pengamanan Puskesmas Pujer lewat penjagaan oleh 10 personel polisi dan belasan anggota TNI dari Koramil Pujer. Petugas kewalahan menangani massa yang jumlahnya lebih banyak dan enggan menerima penjelasan medis.
Perkataan Widjajanto serta penjelasan paramedis Puskesmas Pujer dibaikan oleh warga. Ratusan massa tetap bersikeras membawa jenazah memakai kendaraan mobil pick-up, sebelum sempat dimandikan secara protokol kesehatan.
“Kita sudah menjelaskan setiap pasien COVID-19 semestinya melewati Prokes demi kebaikan bersama, dan keluarga bisa ikut memandikan jenazah memakai pelindung. Tapi, situasinya lain. Kami hanya bisa menghimbau,” tukasnya. (sut/ndc)
No comments:
Post a Comment