PLTA Saguling POMU merupakan backbone sistem kelistrikan Jawa Bali yang berbasis energi bersih
BANDUNG (DutaJatim.com) - Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) bisa menjadi kesempatan bagi bangsa Indonesia dalam membangun kapasitas energi nasional. Terlebih, PT PLN (Persero) sudah memiliki pengalaman dan kapasitas untuk mengembangkan pembangkit EBT sejak lama.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menjelaskan, salah satu bukti kepemimpinan PLN dalam mengembangkan pembangkit EBT di Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling Power Generation O&M Services Unit (POMU) di Jawa Barat.
Beroperasi sejak 1985, pembangkit yang dikelola dan dioperasikan oleh PT Indonesia Power (IP) sebagai anak usaha PLN ini merupakan pembangkit pendukung beban puncak di Sistem Jawa-Bali.
"Ini menjadi bukti bahwa Indonesia sudah lebih dulu mengoperasikan pembangkit listrik yang ramah lingkungan bahkan sebelum Paris Agreement diteken, " ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini.
Direktur Utama Indonesia Power M. Ahsin Sidqi menjelaskan, PLTA Saguling POMU berperan penting dalam sistem kelistrikan Jawa Bali. Berkapasitas 700,72 Mega Watt (MW), PLTA Saguling berkontribusi sebesar 2,5 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW.
Tiga fungsi utama yang diemban PLTA Saguling POMU antara lain sebagai _baseload, stabiliser,_ serta mengurangi emisi karena menggunakan EBT. Listrik ramah lingkungan dari PLTA Saguling disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Extra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke jaringan se-Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Extra Tinggi (SUTET) 500 kilo Volt (kV).
"Fungsinya selain sebagai tambahan untuk menyuplai listrik di Jawa Bali juga mengamankan Jawa Bali apabila terjadi gangguan listrik," ujarnya.
Load Frequency Control
Saat terjadi kendala listrik, Ahsin memaparkan, PLTA yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata dan Bandung Selatan tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali. Selain itu, PLTA Saguling POMU juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan _load frequency control (LFC).
"Ketika terjadi gangguan, PLTA Saguling masih dapat dioperasikan sebagai _black start_ sekaligus berperan menjadi pengisian tegangan untuk menopang pembangkit listrik PLTU Suralaya," ucap Ahsin.
Terletak di Kabupaten Bandung Barat dengan total kapasitas terpasang mencapai 844,36 MW, PLTA Saguling POMU ditopang oleh 7 sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasok listriknya.
Sub Unit tersebut antara lain, Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Plengan 6,87 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Lamajan 19,56 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Cikalong 19,20 MW (Kab. Bandung), Sub Unit PLTA Ubrug 18,36 MW (Kab. Sukabumi), Sub Unit PLTA Karacak 18,9 MW (Kab. Bogor), serta Sub Unit PLTA Parakan Kondang 9,9 MW (Kab. Sumedang) serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit yaitu PLTA Rajamandala 47MW (Kab. Cianjur).
Dalam pengembangan EBT, PLTA Saguling POMU merupakan contoh pembangkit jenis hidro masa depan Indonesia yang dimiliki oleh PLN. Seiring dengan komitmen pemerintah untuk terus mendorong pengembangan EBT, PLTA ini akan menjadi pondasi dalam pengembangan pembangkit hidro di masa depan.
"Hal yang menarik adalah kehandalan PLTA heritage seperti PLTA Plengan yang beroperasi sejak tahun 1922 dan PLTA Bengkok Dago yang beroperasi sejak tahun 1923 hingga menjelang usia satu abad masih terpelihara serta beroperasi dengan baik, berdampingan dengan PLTA Saguling dan PLTA cascading Rajamandala yang sangat efisien dan modern menggunakan tailing race (air sisa turbin saguling) yang masuk sistem Jamali sejak tahun 2019," tutup Ahsin. (gas)
No comments:
Post a Comment