Hj Fatimah Angelia di pusat karantina Covid-19. |
HONGKONG (DutaJatim.com) - Para perempuan di seluruh Indonesia memperingati Hari Kartini pada 21 April 2022. Pandemi Covid-19 semakin membuktikan bahwa perempuan masa kini juga setangguh dan secerdas Kartini di masa lampau yang menjadi pionir bagi kemajuan wanita di Indonesia.
"Kita hanya bisa mengubah diri kita, apabila diri kita sendiri yang bergerak. Saya mengutip kata-kata Ibu Kartini yang mencerahkan itu dalam quote di awal tulisan Ibu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di salah satu harian terkemuka di Indonesia pagi ini. Saya sudah terbiasa bergerak, tanpa diminta oleh siapa pun saya akan bergerak, berusaha, bekerja, beribadah," kata Ketua Umum PCI Muslimat Nahdlatul Ulama (PCI MNU) Hongkong-Macau, Hj Fatimah Angelia, sambil mengucapkan selamat Hari Kartini kepada semua perempuan Indonesia, khususnya ibu-ibu Muslimat, Kamis (21/4/2022).
Karena itu, bagi Hj Fatimah semua hari adalah spesial. Bukan hanya hari Kartini saja. "Sebenarnya nggak ada yang spesial bagi saya pribadi hari ini. Tiap hari ya begini saja. Sebagai seorang ibu bagi anak-anak saya, ibu bagi jamaah di markas Muslimat. Tapi bagi mereka, anak-anak saya itu, saya mungkin seperti sosok ibu Kartini dan bagi saya sendiri relatif. Allah memberi saya kesehatan dan kelebihan, tak lain untuk melayani dan berusaha agar hidup ini lebih bermanfaat bagi semuanya," katanya.
Sekarang Hj Fatimah bersyukur tiga anaknya sehat. "Anak-anaknya" yang lain di Muslimat juga sehat. Tiga anaknya sendiri sedang melanjutkan studi dan bekerja di negara lain. Fatimah yang arek Suroboyo dan sudah lama menetap/tinggal di Hongkong bersama suaminya ini memiliki anak perempuan yang studi S3 di Perth Australia. Lalu anak laki-lakinya lulus S1 sekarang bekerja sebagai manajer di Donki, perusahaan Jepang. "Satu lagi perempuan baru S1 akhir tahun lalu dan sudah sebagai buying di Lane Crawford perusahaan besar di Hongkong. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah," katanya penuh rasa syukur.
Namun demikian, Fatimah berusaha terus mengabdi. Dia misalnya bekerja sebagai pemulasaran jenazah muslimah di Hongkong. Pada saat bersamaan juga bekerja di pusat karantina Covid-19 di Hongkong. Dia memang terus bergerak. Tidak pernah lelah bekerja yang baginya juga beribadah. Tak peduli sesulit apa pun pekerjaan itu, selama dia bisa melaksanakannya, pasti dikerjakan, dengan berusaha seikhlas mungkin, agar mendapat ridho dari Allah SWT.
"Besok Jumat sebelum berangkat kerja (di pusat karantina Covid-19,Red.), saya mau mandiin jenazah dulu. Semoga lancar, tapi ya takut telat juga. Sementara bila nggak ikut mandiin jenazah kasihan team di Happy Valley," katanya sambil menyebut nama Hj Jamilah yang menjadi semacam "ibu Kartini" juga baginya di Hongkong.
Fatimah bekerja di pusat karantina selama beberapa bulan ini. Namun dia akan pindah tugas ke pusat karantina lain dalam minggu ini. Tugasnya sama, sebagai penerjemah bahasa Indonesia bagi pasien yang berasal dari Indonesia, khususnya para pekerja migran Indonesia yang jumlahnya cukup banyak di Hongkong.
Selain melayani para "VVIP" --sebutan pasien Covid-19 yang biasanya manja minta pelayanan yang bagus--itu, Fatimah juga menyiapkan fasilitas mereka yang sudah disediakan pemerintah Kota Hongkong. Seperti ruangan, tempat ibadah, Al Quran, menu halal bagi muslim, dan panduan lain. "Mereka kadang cerewet, ditanya bahasa Indonesia jawabnya pakai bahasa Inggris. Ditanya pakai bahasa Inggris, eh malah tidak dijawab hehehe, repot!" katanya.
Sejak Selasa petugas akan dipindahkan ke TsingYi Community Isolation Facility. Termasuk Fatimah yang segera menyusul. "Semalam banyak NEC VVIP-nya yang sudah masuk. Tapi banyak dari Filipina, sementara dari Indonesia juga ada," katanya. NEC yang dimaksud adalah non ethnic Chinese. "Kalau di Indonesia dikatain China, tapi di sini tidak diakui China dan disebut NEC hehehe," katanya bercanda. (gas)
No comments:
Post a Comment