Perkenalkan, saya Arya Daru Pangayunan, saat ini menjabat sebagai Sekretaris Kedua Pelaksana Fungsi Ekonomi, Sosial, dan Budaya KBRI Buenos Aires. Izinkan saya melalui tulisan ini berbagi cerita mengenai perjalanan saya, road trip bersama istri, Meta Ayu Puspitantri, dan 2 anak saya (umur 10 dan 6 tahun) ke bagian Barat Laut Argentina selama libur Lebaran Idul Fitri 2022.
KAMI tertarik untuk berkunjung ke bagian Barat Laut Argentina, khususnya di Provinsi Salta dan Jujuy (baca: Huhui) karena di sana terdapat gunung dengan 7 warna yang tidak dapat ditemui di tempat lain. Sebelum berangkat, kami mempelajari rute terlebih dahulu dan memetakan kota mana saja tempat kami akan menginap karena kami menghindari jalan di malam hari.
Setelah berkonsultasi dengan travel agent untuk membantu kami booking hotel, kami memperoleh rute sebagai berikut: Buenos Aires – Cordoba – Tafi del Valle – Salta – Purmamarca – Catamarca – Buenos Aires dengan total jarak lebih dari 3.900 kilometer yang harus kami tempuh dalam 7 hari.
Kondisi jalan antar kota di Argentina relatif baik, namun banyak jalur alternatif yang tidak diaspal. Karena saya menggunakan kendaraan jenis sedan, tentu saya menghindari jalur alternatif tersebut.
Jauhnya jarak tempuh dan suhu/iklim yang bervariatif (rentang 6° Celsius hingga 25° Celsius), kondisi kendaraan harus benar-benar prima. Perlengkapan seperti ban cadangan, tool kit, dan segitiga pengaman harus tersedia, dan tidak lupa surat kendaraan, serta identitas harus selalu dibawa karena di setiap perbatasan antar provinsi akan ada pemeriksaan oleh polisi setempat.
Karena kami traveling dengan anak-anak, kami juga membawa bekal makanan yang cukup sehingga mereka tetap bisa makan tepat waktu meski di jalan.
Kami berangkat dari Buenos Aires, ibukota Argentina, pada tanggal 2 Mei 2022, setelah Sholat Ied dan bersilaturahmi dengan Ibu Duta Besar RI di Wisma Duta RI Buenos Aires. Etape pertama adalah Buenos Aires ke kota Cordoba yang merupakan Ibukota Provinsi Cordoba yang berjarak sekitar 700 kilometer. Rute ini kami ditempuh dalam waktu 6,5 jam.
Perjalanan ke Cordoba cukup mudah, melewati jalan tol 4 lajur. Meski kendaraan dapat dipacu kencang, batas kecepatan harus diperhatikan karena banyak polisi di Cordoba yang menggunakan radar speed gun untuk memantau kecepatan kendaraan yang lewat dan tidak segan menilang pengendara yang melanggar batas kecepatan. Beberapa ruas dibatasi 110 kilometer per jam, dan beberapa dibatasi hingga 130 kilometer per jam.
Cordoba merupakan kota terpadat kedua di Argentina setelah Buenos Aires dan menjadi salah satu basis industri, dengan sektor terbesarnya adalah perakitan mobil dan produksi suku cadangnya. Beberapa objek wisata menarik di Cordoba antara lain, Katedral Cordoba, Evita Fine Arts Museum, dan Paseo del Buen Pastor. Karena keterbatasan waktu, kami tidak mengunjungi tempat tersebut satu per satu, namun kami menikmati berkeliling kotanya yang memiliki percampuran arsitektur abad pertengahan dan modern.
Setelah bermalam di Cordoba, pada etape kedua kami bergerak menuju Tafi del Valle, sebuah kota kecil di Provinsi Tucuman. Jarak yang ditempuh dari Cordoba sekitar 590 kilometer yang ditempuh dalam waktu 6,5 jam.
Medan yang dilalui lebih menantang daripada rute Buenos Aires – Cordoba, namun dengan pemandangan yang jauh lebih menarik, dengan bukit dan hutan hijau di kanan kiri. Salah satu atraksi turis utama Tafi del Valle adalah koleksi menhir di Parque de los Menhires, serta danau artifisial La Angostura. Kami sepanjang sore menikmati keindahan danau dan kesejukannya.
Esok hari, setelah sarapan di hotel, kami menuju kota Salta. Pada etape ini, kami banyak berhenti karena terdapat beberapa tempat menarik untuk disinggahi. Begitu meninggalkan Tafi del Valle, kami banyak berhenti untuk berfoto karena pemandangannya yang sangat indah.
Beberapa llama liar yang menyeberang jalan juga membuat kami menghentikan kendaraan untuk berfoto. Kami singgah di Museum Pachamama di kota Amaicha del Valle yang memiliki ruang geologi yang memajang aneka bebatuan dan mineral, serta ruang etnologi yang memajang benda-benda sejarah pre-Columbian dan budaya Tafi dari tahun 200 SM, seperti pakaian, alat musik, dan peralatan rumah tangga.
Dari Amaicha del Valle kami bergerak menuju kota Cafayate di Provinsi Salta. Di Cafayate, kami santap siang di sebuah winery yang dikelilingi kebun anggur dan pegunungan yang sangat indah. Selain winery, yang menjadi daya tarik tidak jauh dari kota Cafayate ke arah kota Salta adalah Los Colorados, perbukitan berwarna merah di mana kita bisa mini-trekking dan menikmati pemandangan dan keindahan alamnya.
Selama perjalanan kami dari Los Colorados ke kota Salta, kami dibuat kagum oleh indahnya pemandangan perbukitan. Meski indah, bagi yang mudah mabuk darat harus bersiap karena jalanannya yang naik turun dan berkelok-kelok tajam.
Hari sudah gelap ketika kami tiba di kota Salta, Ibukota Provinsi Salta. Kota ini memiliki kawasan metropolitan yang cukup padat. Kami tidak terlalu terkesan karena lalulintasnya yang sangat kacau dan karakter pengemudi di kota itu yang agresif.
Setelah bermalam di Salta, kami mencari cenderamata. Beberapa cenderamata yang khas daerah Barat Laut Argentina termasuk Salta antara lain: kerajinan dari kulit, tekstil (taplak meja, hiasan dinding) dengan motif yang khas, serta pakaian lembut dari bulu llama atau alpaca.
Setelah cenderamata terbeli, kami menuju kota San Salvador de Jujuy, Ibukota Provinsi Jujuy yang berjarak sekitar 120 kilometer atau sekitar 2 jam dari kota Salta. Di San Salvador de Jujuy kami singgah untuk santap siang dan untuk pertama kalinya saya mencoba daging llama yang dijadikan steak, disajikan dengan pure kentang. Rasanya sangat lezat, cukup unik, seperti perpaduan daging kambing dan daging sapi. Di Barat Laut Argentina, restoran yang menyajikan daging llama cukup mudah ditemui.
Usai makan siang, perjalanan kami lanjutkan ke Purmamarca, sebuah kota kecil di Provinsi Jujuy, berjarak sekitar 70 kilometer atau 1 jam perjalanan dari kota San Salvador de Jujuy.
Purmamarca inilah tujuan utama kami karena di sinilah letak Cerro de Siete Colores atau bukit dengan 7 warna. Kami menginap 2 malam di Purmamarca dan menyempatkan untuk menikmati beberapa tempat wisata di sekitarnya seperti padang garam Salinas Grandes dan Pucara de Tilcara yang merupakan objek reruntuhan dari zaman pre-Inca yang dijadikan sebagai monumen nasional di tahun 2000.
Sebenarnya masih ada beberapa tempat wisata tidak jauh dari Purmamarca, salah satunya adalah Serranías Del Hornocal dengan perbukitannya yang dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO yang menyajikan pemandangan gunung warna-warni. Mengingat kami travelling bersama anak-anak, kami tidak memaksakan untuk mengunjungi tempat tersebut agar tidak kelelahan, terlebih letaknya cukup tinggi, mencapai 4.500 di atas permukaan laut di mana oksigen sudah mulai menipis.
Setelah 2 malam di Purmamarca, saatnya kembali menuju Buenos Aires. Kali ini kami mengambil jalur yang berbeda dan memilih untuk bermalam di kota San Fernando de Valle de Catamarca (singkatnya: Catamarca) yang merupakan Ibukota Provinsi Catamarca yang berjarak sekitar 640 kilometer dari Purmamarca.
Perjalanan kami tempuh dalam waktu 9 jam. Kondisi jalan menuju kota Catamarca cukup variatif, banyak jalanan lurus yang panjang, namun juga sempat melewati jalanan pegunungan yang berkelok-kelok.
Kota ini tidak terlalu luas, hanya 684 km2 dan tidak terlalu padat, namun cukup cantik. Karena di hari berikutnya saya harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dalam satu hari (Catamarca – Buenos Aires sejauh 1.120 kilometer), maka saya tidak banyak mengeksplore kota Catamarca dan langsung istirahat.
Keesokan hari setelah sarapan, kami langsung bergerak ke Buenos Aires non-stop selama 13 jam hanya berhenti untuk mengisi bahan bakar. Kami tidak singgah lagi karena esok harinya saya sudah harus kembali bekerja dan anak-anak sudah harus masuk sekolah.
Overall, perjalanan kami lancar dan kami sangat menikmati suasana sepanjang perjalanan kami. (*)
No comments:
Post a Comment