SURABAYA (DutaJatim.com) - Perpustakaan ITS dan Penerbit PT Pendar Asa Komunika menggelar peluncuran buku dan diskusi Novel Dokumenter "Ndara Mantri Guru" karya Prof. Sugimin WW di Creative Co-Working Space (CCWS) Perpustakaan ITS Lantai 1 Jl. Raya ITS Sukolilo Surabaya Sabtu (7/1/2023) pagi pukul 09.30. Selain itu juga ada peluncuran buku karya Dra Lubna Algadrie berjudul "From Sydney With Love". Dalam acara ini kedua penulis buku yang juga dosen di Kampus Perjuangan --julukan untuk ITS--tersebut hadir untuk memaparkan karyanya tersebut.
Prof. Drs. Haji Sugimin WW awalnya hanya ingin menulis mengikuti dorongan hati. Mengetik tanpa pretensi, entah akan jadi apa nanti, entah dibaca siapa kelak. "Tidak dinyana ternyata kemudian terlahir menjadi novel apik dengan judul “Ndara Mantri Guru” ini. Buku novel dengan tebal 350 halaman ini disunting oleh sastrawan dan wartawan senior Imung Mulyanto serta diterbitkan oleh PT Pendar Asa Komunika.
Dulu guru besar ITS Surabaya itu mengaku benar-benar hanya ingin menuangkan gagasan yang berkumpar di benak, dengan kegairahan penuh. Mungkin itu yang disebut orang dengan istilah in the mood. Dan “kebetulan” tersedia kesempatan longgar baginya. Karena kala itu dirinya tengah menunggui sang istri yang sedang sakit.
“Saya heran. Tidak menyangka bisa jadi buku novel seperti itu. Pokoknya waktu itu saya mengetik saja. Sambil nunggui istri, saya menulis tiap hari, berturut-turut selama 42 hari tanpa putus, sampai jadi,” kata fisikawan senior ini mengenang proses menulis novel tersebut.
Namanya juga orang eksak. Tidak terpikir aspek gaya bahasa, karakter tokoh, atau dengan sengaja membangun plot agar berliku dan mengejutkan. Semua mengalir saja, yang penting pesan tersampaikan. Nyatanya, kewajaran dalam bertutur itu justru membuat jalan cerita menjadi natural dan memikat. Apalagi bahan bakunya kebanyakan dipungut dari pengalaman pribadi sendiri. Pantas jika kemudian novel ini diberi label “novel dokumenter.”
Agaknya Prof Gimin lebih mengutamakan niat untuk mengutarakan pengalaman, berbagi pesan, serta kehendak menyuarakan sikap subyektifnya terhadap kehidupan. Tetapi toh yang tersurat justru kisah inspiratif tentang lika-liku anak ndesa level bocah angon yang sukses menerobos sekat strata sosial melalui jalur pendidikan. Meski sang tokoh “aku” kelihatanya bercerita tentang diri pribadi, tetapi secara tidak langsung juga terbawa setting kondisi sosial ekonomi saat itu: era kolonial Belanda, zaman Jepang, hingga masa kemerdekaan.
Jadi tergambar bagaimana kehidupan sekolah rakyat yang diwulang ndara mantri guru, atau keluarga sugih yang jatuh miskin karena disatroni kecu dan grayak (perampok). Tentang cara hidup anak kaum abangan yang gemar puasa patigeni, rajin mengaji tetapi tidak sembahyang (salat). Falsafah melik nggendhong lali, susah payah mencari Tuhan, hingga mahasiswa yang dipaksa melamar teman wanitanya gara-gara surat cinta yang dikirim diam-diam ketahuan calon mertuanya yang tokoh ormas keagamaan.
Sungguh sebuah novel dokumenter yang menarik.
Sementara karya Dra Lubna Algadrie berjudul "From Sydney With Love" meski fiksi tapi alur cerita, konflik yang terjadi di antara para tokohnya, dibangun atas dasar pengalaman hidup penulisnya yang juga dosen ITS. Sebelumnya dosen bahasa Inggris ITS tersebut memang mengambil beasiswa S-2 di Sydney, Australia. Dia pun menyelesaikan master of arts di University of Sydney, Australia.
Buku ini merupakan karya kedua dari Lubna setelah bukunya yang berjudul A Long Journey of A Single Parent Teacher. Dosen kelahiran 29 Januari 1944 tersebut memang harus menjalani hidup sebagai orang tua tunggal setelah sang suami, Sefa Haluruk, belahan hati yang menyunting dirinya pada 12 November 1977, dipanggil Sang Khalik karena kanker hati yang dideritanya. (gas)
No comments:
Post a Comment