Lia Istifhama akrab dengan anak-anak. |
Jalur hidup orang siapa tahu. Tak terkecuali yang dilalui oleh Dr. Lia Istifhama, S.Sos., S,H.I., S.Sos.I, M.E.I., atau yang dikenal dengan sebutan Ning Lia, peraih suara tertinggi nasional untuk perempuan non-petahana DPD RI dengan jumlah 2.739.123 suara dalam Pemilu 2024
KEPONAKAN Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa tersebut, menempuh pendidikan strata 1 di tiga tempat, yaitu Universitas Airlangga, IAIN (UIN) Sunan Ampel Surabaya, dan STID Taruna Surabaya. Sedangkan magister dan Doktoral ditekuninya di UINSA Surabaya dengan keahlian bidang Ekonomi Islam.
Dan siapa sangka? Ning Lia yang memiliki masa lalu sebagai anak pejabat, yaitu pimpinan DPRD Jatim, KH Masykur Hasyim, ternyata berjiwa workaholic atau pekerja keras. Salah satu buktinya adalah ia memilih masuk kembali ke dunia kerja ketika sedang mengandung. Tepatnya sebagai Sekretaris Yayasan HM. Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) pada tahun 2011.
“Saya memang mencintai suasana bekerja. Saat awal menikah, saya dan suami memiliki usaha rumahan. Namun ternyata saya rindu dengan lingkungan kerja di luar rumah. Jadi Alhamdulillah, atas ridho suami, ketika saya hamil saya justru kembali bekerja. Akhirnya begitu ada lowongan kerja Sekretaris Chenghoo (YHMCHI), saya pun melamar,” jelas Ning Lia, tersenyum.
Ia pun menambahkan pengalamannya saat test masuk kerja di tengah posisinya yang hamil. Saat itu, ia memilih jujur atas kehamilannya agar tempat ia bekerja mengetahui keadaannya yang sedang hamil.
“Karena saya memang lebih suka jujur dan terbuka, maka saya sampaikan bahwa saya hamil muda. Namun Alhamdulillah rezekinya anak, saat test wawancara sebagai bagian dari melamar kerja, saya tetap diterima. Ini tentu pengalaman yang bagi saya menyentuh, karena menunjukkan bahwa memang seorang anak memberikan rezeki bagi orang tua,” katanya.
Pengalaman yang berkesan tersebut, oleh Ning Lia menunjukkan sikap bijaksana pemimpin YHMCHI yang memberikan kesempatan bekerja bagi seorang ibu yang sedang hamil, dalam sebuah posisi ‘Sekretaris’.
“Pengalaman itu sangat mengesankan. Karena menunjukkan Ketua Pelaksana YHMCHI saat itu, yaitu Bapak Herman Halim, yang mana Beliau juga seorang pimpinan di sebuah bank swasta, menerima saya. Padahal umumnya, sekretaris kan dipilih lebih karena faktor fisik. Namun Beliau memberikan saya kepercayaan. Dan ini yang kemudian menjadikan saya tempaan untuk semangat bekerja di tengah hamil.”
Bekerja di YHMCHI, bagi Ning Lia, merupakan kesempatan besar yang mengubah banyak hal dalam hidupnya, di antaranya adalah belajar mencintai keberagaman.
“Kita tahu, bahwa YHMCHI adalah Yayasan yang dibentuk dan dijalankan para mualaf Tionghoa, jadi para pimpinan saya saat itu, mayoritas bos-bos Tionghoa. Bersama mereka, saya pun belajar mencintai keberagaman. Karena saya merasa diterima secara baik, dianggap anak, terutama oleh Abah Djoko Widjaya yang saat itu sebagai Ketua Yayasan. Beliau plek seperti ayah sendiri.”
Secara lugas, politisi yang sebelumnya dikenal sebagai aktivis itu, menyebutkan beberapa pesan moral yang ia ingat.
“Ada beberapa pesan moral yang saya ingat. Di antaranya oleh Abah Yos (HM. Jos Soetomo, red.), bahwa Beliau berpesan kepada sesama pengurus, ‘Hargai kecerdasan karyawan kita. Jangan dibedakan pribumi atau tidak. Tapi lihat kecerdasan dan apa yang ia beri untuk kita. Jaga karena kita butuh orang-orang jujur dan cerdas.’ Kalimat tersebut sangat menyentuh dan menjadi spirit besar bahwa dimanapun kita bekerja, harus bisa menjaga kejujuran dan berusaha mengabdi secara cerdas,” jelasnya.
Paduan kejujuran dan kecerdasan itulah, yang kemudian mengantar Ning Lia dalam berbagai rangkaian kisah berikutnya, yang kemudian berujung di jalur politik.
“Setelah dari Chenghoo, selama belasan tahun saya bekerja di berbagai perusahaan. Saya tetap membawa spirit bagaimana bekerja dimanapun, harus menjaga kejujuran dan berusaha cerdas memenuhi harapan tempat bekerja. Alhamdulillah, dua hal ini-lah yang kemudian pernah memberikan saya kesempatan turut menyelamatkan keuangan salah satu perusahaan yang pernah saya bekerja sebagai staf keuangan dan personalia.”
Ditambahkan olehnya, jalur politik yang sekarang ditempuhnya, diyakini sebagai takdir Allah SWT.
“Dalam web resmi KPU, saya membuka profil diri untuk publik sehingga siapapun bisa melihat rekam jejak saya, termasuk latar belakang sebagai karyawan dan tenaga pendidik. Jadi sebenarnya jalur politik, bukan utama dalam hidup. Namun semua kembali pada takdir Allah SWT, yang mana pada 2024 ternyata saya diberi kesempatan memasuki tahapan baru sebagai politisi. Alhamdulillah saya mensyukuri semua rangkaian ini, dan insya Allah spirit jujur dan cerdas dalam bekerja, tidak akan luntur dalam hidup saya.”
Secara detail, ia juga menerangkan alasan memilih maju dalam dunia politik melalui kursi DPD RI.
“DPD RI bagi saya perwujudan peneladanan saya atas sikap egaliter dan merangkul semua pihak seperti yang menjadi identitas ayahanda saya (alm. KH. Masykur Hasyim, red.). Semua jalur politik tentu mulia dan positif, namun bagi saya DPD RI sangat sesuai dengan harapan saya untuk bisa berkomunikasi dengan semua pihak tanpa ada perbedaan sebuah bendera politik tertentu, melainkan kesamaan mengangkat potensi lokal atau kemajuan Jatim,” jelasnya.
Menjadi peraih suara terbanyak non petahana di Jatim, bahkan nasional untuk gender perempuan, tentu hal yang membanggakan. Padahal, sosok Ning Lia lebih dikenal sebagai aktivis sebelumnya. Bahkan, sudah rahasia umum jika sosok Ning Lia dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan jauh dari stigma status sosial ekonomi kalangan elite.
“Memang, banyak yang kaget, yah. Karena mungkin saya dipandang sangat jauh dari strategi money politics. Namun Alhamdulillah diberi kelancaran melalui proses politik. Insya Allah, diantara alasan mengapa saya bisa menempuh ini, adalah faktor doa orang tua, faktor Khofifah Effect, dukungan keluarga dan sahabat, loyalitas relawan dan saksi, serta rekam jejak yang sangat terbuka sehingga saya terus berusaha menyuguhkan keterbukaan dan edukasi politik pada masyarakat.”
“Yang pasti, Insya Allah saya telah berusaha menjalankan proses politik dengan benar dan jujur selama proses kampanye kemarin. Ini hal yang sangat saya syukuri. Dan saya sangat terimakasih kepada masyarakat yang masih turut peduli terhadap proses pemilihan atau politik yang melihat saya sebagai calon wakil rakyat berdasarkan rekam jejak saya sebagai aktivis selama ini.”
Tak menampik, meski Ning Lia mengakui masih ada banyak pengakuan warga yang memilih karena foto cantik.
“Memang ada banyak, terutama netizen dalam sosial media, yang menyebut memilih saya karena faktor foto cantik menurut mereka. Tapi itu kan subyektif, ya. Karena cantik itu relatif dan saya kira bukan ukuran utama mengapa seorang politisi kemudian dipilih. Melainkan, saya sendiri memang telah berusaha mengenalkan foto saya melalui beragam alat peraga kampanye di hampir seluruh penjuru wilayah Jatim. Ini bukti kesungguhan saya,” tegasnya.
Sebagai informasi, sosok Ning Lia memang pernah mencuri perhatian dengan viral bannernya yang dicium ODGJ di Madiun, tepatnya Januari 2024 lalu.
Di akhir, ia berkomitmen akan menggerakkan secara nyata peran CANTIK-nya, yaitu cerdas, inovatif, dan kreatif, demi menguatkan program Pemprov Jatim.
“Saya beberapa kali mengatakan bahwa saya ingin mewujudkan peran CANTIK sebagai katalisator Pemprov Jatim. Insya Allah saya wujudkan itu kelak. Jadi salah satu bidang yang akan saya tekuni adalah terkait penguatan peran perempuan, baik bidang UMKM, pendidikan, pertanian, dan Kesehatan. Mohon doa dan kepercayaan karena saya pun pasti jauh dari kesempurnaan,” pungkasnya.
Cara Ning Lia yang tegas dan gamblang menyampaikan pandangannya, memang tak lepas dari kiprahnya sebagai aktivis. Bahkan, banyak penghargaan pun ia capai, diantaranya: 22 Tokoh Muda Inspirasi Jawa Timur 2020 dari Forum Jurnalis Nahdliyyin, Penggerak Perempuan Bidang Pertanian dari DP3AK Jatim (Pertani HKTI Jatim), Tokoh Nasional Perempuan Peduli Desa Wisata dari IKMAPAS, dan sebagainya. (*)
No comments:
Post a Comment