Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Prof. Iman Harymawan: Dunia Pendidikan Gamang Hadapi Zaman, Pendidikan Rumah Sangat Penting

Sunday, July 7, 2024 | 05:13 WIB Last Updated 2024-07-06T22:13:42Z

 

Acara Meet & Greet, di SAIM Surabaya,  menghadirkan Prof. Iman Harymawan (tengah) dan Dr. M. Sulthon Amien, MM. (kanan), Sabtu (6/7/2024). 

SURABAYA (DutaJatim.com) - Cepatnya perubahan zaman membuat dunia pendidikan kerap menjadi gamang.  Kalangan mendidik ragu tentang apa yang perlu diajarkan kepada siswa/mahasiswa karena kita semua belum tahu pendidikan apa yang relevan untuk kehidupan 20-40 tahun yang akan datang. 


Pernyataan menarik itu diutarakan Prof. Iman Harymawan, SE, MBA, PhD., Guru Besar Universitas Airlangga Surabaya, dalam acara Meet & Greet, di Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya, Jl. Keputih Tegal 54, Sabtu (6/7/2024) siang. Untuk itu, di hadapan para undangan wali murid siswa baru SMP dan SMA SAIM, dirinya mengajak berdiskusi agar dalam mendidik putra-putrinya dapat sesuai dengan kebutuhan zaman.


Menurutnya tantangan masa kini sangat berat dan kompleks. Contohnya, fenomena crazy rich sultan yang gemar flexing, terjadi pamer kekayaan di media sosial.  Lalu muncul sosok-sosok seperti Harvei Moeis, Indra Kenz, Doni Salmanan yang dikagumi netizen, walau ternyata ujung-ujungnya mereka terseret dalam kasus korupsi, judi online, atau pencucian uang. 


Fakta menunjukkan lapangan kerja semakin sulit. Buktinya ada sekitar 9,89 juta generasi Z di Indonesia menganggur. Mendikbud Nadiem mengatakan, 80% lulusan tidak bekerja sesuai program studi. Sebuah survei menyebut 87% mahasiswa Indonesia merasa salah jurusan. Tentu ini semua menjadi tantangan dunia pendidikan. 


“Saya mengakui bahwa pendidikan itu penting, tetapi lembaga persekolahan saja tidak cukup untuk menjawab tantangan zaman,” kata Direktur Center of Environmental, Social, and Governance Studies (CESGS) Unair itu. 


Kemudian dicontohkan, kini rekrutmen karyawan bukan lagi berdasarkan gelar, namun berdasar skill dan portofolio. Di perguruan tinggi luar negeri sudah berkembang praktik gelar dijual secara “eceran” melalui micro credential, yaitu program pendidikan/pelatihan jangka pendek dengan materi yang teknis dan spesifik.


Di bagian lain juga terjadi peningkatan pengakuan atas pembelajaran nonformal (lazim disebut rekognisi pembelajaran lampau atau RPL). 


Untuk itu Prof. Iman kemudian pemperkenalkan konsep pendidikan berkelanjutan, yang salah satu pondasinya adalah partisipasi aktif keluarga dalam proses pendidikan. Juga perlunya upaya membangun kurikulum pendidikan rumah. Karena sekolah tidak bertugas mengambil alih tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak-anaknya. 


Sudah saatnya para orang tua dan wali murid mau belajar menjadi orang tua, belajar memahami diri dan anak, serta belajar memahami zaman. Tidak hanya orang tua yang bersangkutan saja, seyogyanya warga sekitar juga mau belajar parenting.


“Ada ungkapan menarik, it takes a village to raise a child. Butuh orang sekampung untuk membesarkan anak,” kata pria asal Jember yang mengaku senang disebut sebagai  parenting enthusiast itu.


Dirinya mengaku senang dengan mulai tumbuhnya kelompok-kelompok ibu profesional. Ini bukan kumpulan ibu-ibu dari profesi tertentu tetapi sebuah komunitas yang ingin mengembangkan diri menjadi seorang ibu yang profesional. Mereka saling share pengetahuan dan pengalaman tentang menjadi orang tua yang baik. “Saya berharap nanti juga berdiri komunitas ayah profesional. Saya dukung itu,” katanya sambil tertawa. (ono)






No comments:

Post a Comment

×
Berita Terbaru Update