Dennis Lim (jaket hitam) diapit Kaper BKKBN Jatim Maria Ernawati (empat dari kanan) dan Prof Sri Sumarmi berfoto bersama usai seminar Ketahanan Keluarga, Rabu (18/12/2024). |
SURABAYA (DutaJatim.com) - Ketahanan keluarga masih menjadi perhatian khusus Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur. Sebab dari keluarga yang kokoh dan berketahanan akan melahirkan generasi unggul yang berkualitas.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati, mengungkapkan hal tersebut dalam Seminar Ketahanan Keluarga bertajuk “Marriage Is Not Scary” di Auditorium ASEEC Tower Kampus B Universitas Airlangga, Rabu (18/12/2024).
Di Jatim yang berpenduduk 41,8 juta jiwa terdapat 12,1 juta kepala keluarga (KK). Dan berdasarkan pendataan keluarga dan pemutakhiran 2023, sebanyak 3.778 kepala keluarga adalah berkelamin perempuan dengan usia di bawah 20 tahun. Erna merinci KK perempuan usia di bawah 15 tahun berjumlah 856 KK dan usia 15-19 tahun sebanyak 2.922 KK. “Ini artinya telah terjadi pernikahan anak atau pernikahan dini yang berakhir dengan perceraian,” ujarnya.
“Melihat fenomena ini, kami melakukan sosialisasi melalui seminar ketahanan keluarga. Kami menggandeng Unair melaksanakan seminar bagaimana value keluarga, sisi agama dan sisi gizi.
Harapannya, bisa memberikan edukasi pada masyarakat tentang pentingnya membangun ketahanan keluarga melalui para kader dan mahasiswa,” tambah Erna.
Diungkapkan agar tercipta keluarga yang kokoh diperlukan perencanaan dari sejak menikah, di mana usia ideal untuk perempuan 21 tahun dan laki-laki 25 tahun. Pada usia tersebut seseorang secara fisik dianggap sudah siap, sehat tidak anemia, siap secara kognitif, siap mental, siap punya anak. Kesiapan ini setidaknya bisa mencegah pernikahan dini yang kemudian berakhir dengan perceraian.
Kepada peserta seminar yang antara lain terdiri mahasiswa dan para Kader Surabaya Hebat (KSH) itu, Erna menjabarkan 8 fungsi keluarga yang meliputi fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, serta fungsi pembinaan lingkungan.
Penerapan 8 fungsi itu lanjutnya, didasari 4 konsep utama dalam membangun keluarga, yaitu bagaimana membangun keluarga yang kokoh di mana keluarga harus berkumpul, harus yhbberinteraksi sehingga bisa dilakukan diskusi keluarga untuk memecahkan masalah yang penting, keluarga harus berdaya mandiri sehingga tidak tergantung orang lain. Dan yang tak kalah penting, keluarga harus peduli dan berbagi di mana antar anggota keluarga saling memahami, menghargai, dan gotong-royong.
“Keluarga yang kokoh itu menjadi madrasah, artinya bahwa lingkungan jadi yang petama dan utama untuk pembinaan tumbuh kembang dan penanaman nilai-nilai norma serta karakter. Kemudian keluarga tempat belajar untuk mengenal dirinya dan keluarga yang berketahanan yang mampu menepis pengaruh negatif dari luar,” tandas Erna.
“Keluarga yang berketahanan dan mampu melaksanakan fungsi-fungsi keluarga dapat menjadi landasan dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera dengan meningkatkan kualitas hidup. Tentu saja untuk mengejar mimpi kita, Indonesia emas di tahun 2045,” lanjutnya.
Sementara Prof Dr Sri Sumarmi SKM, MSi mengungkap pentingnya pemenuhan gizi pada masa prakonsepsi untuk mencegah terjadinya stunting. Kaitan masalah gizi sebelum dan selama masa kehamilan adalah dengan outcome dari kehamilan itu sendiri.
Apa yang harus dilakukan calon pengantin untuk mencegah komplikasi kehamilan? Guru besar kesehatan gizi masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga itu menjelaskan, keadaan gizi buruk sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab penting terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR) yang akan menjurus ke stunting.
Defisiensi zat gizi mikro selama kehamilan berkaitan dengan rendahnya kualitas kehamilan dan bayi yang dilahirkan. Karena itu faktor gizi harus dipersiapkan sejak prakonsepsi.
Dijelaskan sejak 2022, pada para calon pengantin di Surabaya dilakukan intervensi gizi melalui puskesmas maupun dokter kandungan. Sehingga saat menikah sudah ada intervensi gizi sejak prakonsepsi. Intervensi gizi yang dimaksud adalah pemberian kapsul multiple micronutrient (multivitamin dan mineral) sebagai pengganti tablet tambah darah.
“Dan hasilnya angka stunting di Surabaya kini bisa turun hingga 1 digit, menjadi 1,6 dan ini menjadi terendah secara nasional,” ujar Sumarmi sembari menambahkan kesuksesan ini menjadikan pemberian kapsul MMN ini pada Oktober lalu diadopsi Kementerian Kesehatan sebagai program nasional .
Dan bukan hanya mencegah BBLR, kapsul multivitamin dan mineral ini juga menekan risiko kematian ibu. “Yang juga tak kalah penting, perubahan perilaku yaitu penyediaan air bersih dan dukungan keluarga,” tambahnya.
Pada kesempatan itu ustad muda Dennis Lim mengingatkan, saat memilih pasangan jangan hanya melihat dari fisik saja, karena kecantikan fisik itu akan ada masanya. Begitu juga dengan kekayaan. “Tapi bila niatnya untuk ibadah dan sama-sama mencari ridho Allah, maka suami istri akan mampu menghadapi setiap permasalahan yang ada,” ujarnya.(ret)
No comments:
Post a Comment